Selain itu, bisa juga membentuk tim agen perubahan yang terdiri dari siswa (peer group) dengan pengaruh dan kualifikasi tertentu, semisal OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah).
Mereka perlu diberi pelatihan terlebih dulu, tentang bagaimana mereka bisa membantu teman-temannya dan mencegah perundungan.
Sekolah pun bisa membuat Program Edukasi tentang perundungan bagi personel sekolah, orang tua, juga siswa.
Kemudian, dibentuk pula kebijakan tentang menghadapi perundungan, serta pengembangan nilai-nilai sekolah disusun bersama dengan melibatkan siswa.
Evaluasi tentang kondisi lingkungan sekolah juga perlu dilakukan, seperti melakukan pengawasan di area sekolah yang sepi bila tidak sedang digunakan.
Secara eksternal, sekolah perlu melakukan kolaborasi dengan masyarakat maupun organisasi terkait.
Seperti Pusat Pembelajaran Keluarga yang berada di bawah koordinasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak.
Selain itu, sekolah dapat pula bekerja sama dalam kegiatan atau kolaborasi dengan sekolah lain untuk melakukan kompromi tentang nilai-nilai yang berujung pada kasih sayang, toleransi, dan saling menghargai.
Bila perlu, sekolah dapat mengundang tokoh yang diidolakan anak untuk berbagi pengalaman yang pada dasarnya adalah penanaman nilai positif anti perundungan.
Kurang lebih, itulah beberapa cara menciptakan rasa aman pada anak dari perundungan di sekolah, baik secara internal maupun eksternal.
Mudah-mudahan informasi di atas berguna bagi Kawan Puan, ya. Semoga anak-anak kita dijauhkan dari perundungan.
Baca Juga: Anak Alami Perundungan, Ini Strategi yang Bisa Dilakukan Orang Tua Menurut Psikolog
(*)