Kisah Sukma Maharani, Srikandi untuk Negeri Berdayakan Perempuan Lewat Blooming Seven

Rizka Rachmania - Rabu, 19 Juli 2023
Cerita Sukma Maharani Srikandi untuk Negeri pemilik bisnis Blooming Seven
Cerita Sukma Maharani Srikandi untuk Negeri pemilik bisnis Blooming Seven Arimacs Wilander / Dok. Sukma Maharani

Saat mencari pegawai untuk membantunya dalam berbisnis, tak banyak yang Sukma minta dari tiga orang perempuan pegawai operasionalnya. Ia hanya ingin orang-orang tersebut bisa dipercaya dan bisa diajak kerja sama.

"Pada dasarnya sih, saya sendiri merasa lebih nyaman kalau isinya perempuan semua. Dan meski semua perempuan mereka semua itu tangguh lho, secara fisik, secara mental," ungkap perempuan yang pernah bekerja sebagai junior art director di sebuah agensi.

Srikandi untuk Negeri ini pun tak mempersoalkan status karyawan perempuannya itu, terbukti dari adanya karyawan yang masih single, berkeluarga, bahkan single mother. Sukma menerapkan waktu kerja fleksibel dimana para karyawannya ini bisa menjemput anak maupun mengurus anak mereka terlebih dahulu sebelum kerja.

Masing-masing pegawai perempuan Sukma ini dipercaya untuk mengemas satu macam produk, misalnya madu, teh, dan lemon yang memang jadi produk jualan Blooming Seven. Mereka bertanggung jawab untuk mengemas produk, memberikan label, memasukkan data penjualan, hingga mengangkat jeriken madu yang baru saja tiba dari pengiriman.

"Madu itu kan, datang dikirimnya pakai jeriken-jeriken. Jerikennya juga besar-besar, yang 60kg, dan itu mereka pada bisa ngangkat. Karena ya, kita semua perempuan, kita nggak bisa mengandalkan harus ada laki-laki dulu untuk menurunkan. Kalau kayak gitu jadinya nggak kerja-kerja. Jadi kita semua kerja sama untuk ngangkat jeriken madu itu," cerita Sukma.

Menariknya, semua pegawai Blooming Seven adalah lulusan SMA yang minim ilmu soal bisnis maupun pengemasan produk. Namun hal itu tak jadi masalah karena Sukma siap mengajarkan hal tersebut kepada pegawainya.

"Jadi tantangannya itu adalah banyak belajar dan mengajari karyawan saya juga. Nah, kebetulan juga karyawan saya lulusan SMA semua, banyak dari mereka itu awalnya nggak ada yang mengerti komputer. Jadi harus saya ajarkan cara memakai komputer gimana, cara memasukkan angka di Excel gimana, rumus-rumusnya, itu sampai saya catat di tembok cara manualnya, cara menghitung dan rumusnya," terang Sukma.

Tak hanya sampai di situ, Sukma pun punya prinsip bagaimana caranya supaya karyawannya tidak ada yang kesusahan. Timnya tidak ada yang hidupnya susah dan sebisa mungkin sejahtera meskipun nggak kaya raya.

"Yang bisa saya sediakan adalah biaya kesehatan. Kalau ada yang sakit saya sendiri yang bawa ke klinik terdekat, saya sendiri yang antar, saya sendiri yang menemani," ceritanya.

"Saya memberikan mereka tempat tinggal yang layak, saya sewakan rumah di dekat dengan rumah produksi dimana mereka nggak perlu keluar uang untuk kontrakan," tambahnya.

Tak hanya sampai di situ, Sukma pun menyediakan catering makan siang dan malam untuk karyawannya yang bekerja dengannya. Sukma melakukan ini agar karyawannya minim pengeluaran untuk bekerja.

"Jadi saya berusaha gimana caranya gaji mereka itu bisa mereka tabung untuk kehidupan mereka aja gitu, jangan sampai mereka mengeluarkan ongkos untuk kerja, keluar ongkos untuk makan pada saat kerja," terangnya.

"Jangan sampai mereka kerja untuk saya, mereka mengeluarkan uang untuk saya," tambahnya.

Sukma berharap, usaha Blooming Seven yang terinspirasi dari nama anaknya ini bisa terus mekar, bersemi, dan makin berkembang di kemudian hari dengan terus memberdayakan perempuan di sekitar.

"Saya berharapnya sukses itu bukan hanya saya tapi juga tim saya," pungkasnya.

 Baca Juga: Srikandi untuk Negeri, Cerita Nala Amirah Bangun Green Welfare di Usia 15 Tahun

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja