Kisah Sukma Maharani, Srikandi untuk Negeri Berdayakan Perempuan Lewat Blooming Seven

Rizka Rachmania - Rabu, 19 Juli 2023
Cerita Sukma Maharani Srikandi untuk Negeri pemilik bisnis Blooming Seven
Cerita Sukma Maharani Srikandi untuk Negeri pemilik bisnis Blooming Seven Arimacs Wilander / Dok. Sukma Maharani

Parapuan.co - Pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia pada tahun 2020 lalu ternyata tak selamanya membawa kesedihan. Sukma Maharani justru memulai bisnisnya berkat pandemi beberapa tahun silam.

Sukma Maharani adalah sosok Srikandi untuk Negeri yang memulai bisnis Blooming Seven saat pandemi merebak dan kehidupan sehari-hari terasa berubah.

Sukma yang awalnya adalah seorang pegawai kantoran, mantan pegawai agensi dan perusahaan media, harus merasakan bagaimana pandemi mengubah kebiasaan sehari-harinya.

Ibu satu orang anak yang tinggal di Jakarta ini mulai merintis usaha Blooming Seven yang menjual produk utama madu saat pandemi melanda Indonesia. Dimulai dari bisnis iseng dan kecil-kecilan, usaha Blooming Seven yang dirintis oleh Sukma kini sudah mulai merintis perizinan BPOM untuk madu yang diproduksinya.

Tak hanya itu, Sukma pun mampu memberdayakan tiga orang perempuan di sekitarnya yang ia rekrut sebagai pegawai operasional di Blooming Seven. Simak cerita Srikandi untuk Negeri ini saat awal membangun bisnis sekaligus memberdayakan perempuan di sekitarnya.

Awal Mula Merintis Blooming Seven

Sukma memulai bisnisnya saat pandemi Covid-19 di Indonesia, dimana banyak dari temannya terkena virus yang satu ini. Sukma mengirimkan madu produksi pamannya kepada teman-teman yang saat itu kena Covid.

"Ada keluarga yang hobi sama lebah di Jawa Tengah. Nah, beliau ini paman saya, suka ngirimin kita. Sampai akhirnya Delta (varian Covid) lagi tinggi-tingginya, itu ada banyak teman, kerabat, sahabat pada kena. Kebetulan waktu itu trennya kirim-kirim makanan, nah pada waktu itu teman-teman yang sakit, saya kirimin dalam botol-botol plastik kecil seadanya yang ada di rumah," ucap Sukma Maharani dalam wawancara eksklusif bersama PARAPUAN, Selasa, (18/7/2023).

Tanpa disangka, madu produksi paman Sukma yang ia kirimkan pada teman-temannya itu mendapat respons positif. Bahkan ada salah satu temannya yang mengatakan tenggorokannya lebih lega setelah mengonsumsi madu tersebut saat terkena Covid.

Baca Juga: Kisah Dua Srikandi untuk Negeri yang Berjuang Cegah Stunting Lewat 1000 Days Fund

"Diminum sama lemon, ada yang pakai jahe, ada yang merendam bawang tunggal pakai madu itu, semua responsnya baik dan minta lagi. Bahkan pesan untuk dibeli lagi," ungkap Sukma.

Dari situ, suami Sukma melihat bahwa ada peluang untuk menjadikan madu ini sebagai bisnis. Apalagi banyak teman-teman Sukma yang menanyakan berapa harga madu tersebut karena ingin membelinya untuk konsumsi pribadi.

Berkat dukungan, dorongan, dan sedikit 'paksaan' dari sang suami, perempuan yang punya latar belakang pendidikan DKV ini mulai membuat kemasan dan merancang desain untuk produk madu. Ia kemudian memasarkan madu kemasan secara online ke teman-teman dekat.

Sosok Srikandi untuk Negeri ini pun menjual madu produksi keluarganya itu lewat e-commerce. Awalnya dari teman-teman dekat, lalu semakin banyak yang pesan madunya hingga sekarang bisnisnya sudah menghasilkan omzet Rp100 juta sampai Rp200 juta per bulan.

Berdayakan Perempuan Sekitar Lewat Blooming Seven

Dalam menjalankan usaha Blooming Seven yang dimulai dari nol, tentu saja Sukma tak sendiri. Srikandi untuk Negeri ini mengajak tiga orang perempuan yang ia percaya untuk menjadi pegawai operasionalnya.

Sukma mengatakan bahwa tiga orang perempuan yang ia ajak kerja sama menjalankan usaha Blooming Seven adalah mantan babysitter buah hatinya dan juga rekan kerja mantan babysitter tersebut saat masih bekerja di pabrik roti.

"Jadi ada salah satunya itu dulu babysitter anak saya. Dan awalnya karena sudah percaya sama dia dan anak sudah besar, kayaknya nggak perlu lagi pakai jasa babysitter. Dan karena sudah percaya, saya tanya mau nggak kerja ikut saya," kenangnya.

"Kemudian waktu itu kita merasa butuh tambahan orang. Saya tanya sama dia, 'Ada nggak di situ teman kamu yang mau ikutan kerja di sini' dan terus ada, terus ada satu, terus nambah satu lagi dia nanya dari teman-teman dia," paparnya.

Baca Juga: Kathleen Gondoutomo, Srikandi untuk Negeri yang Berdayakan Perempuan Lewat Bisnis Minuman

Saat mencari pegawai untuk membantunya dalam berbisnis, tak banyak yang Sukma minta dari tiga orang perempuan pegawai operasionalnya. Ia hanya ingin orang-orang tersebut bisa dipercaya dan bisa diajak kerja sama.

"Pada dasarnya sih, saya sendiri merasa lebih nyaman kalau isinya perempuan semua. Dan meski semua perempuan mereka semua itu tangguh lho, secara fisik, secara mental," ungkap perempuan yang pernah bekerja sebagai junior art director di sebuah agensi.

Srikandi untuk Negeri ini pun tak mempersoalkan status karyawan perempuannya itu, terbukti dari adanya karyawan yang masih single, berkeluarga, bahkan single mother. Sukma menerapkan waktu kerja fleksibel dimana para karyawannya ini bisa menjemput anak maupun mengurus anak mereka terlebih dahulu sebelum kerja.

Masing-masing pegawai perempuan Sukma ini dipercaya untuk mengemas satu macam produk, misalnya madu, teh, dan lemon yang memang jadi produk jualan Blooming Seven. Mereka bertanggung jawab untuk mengemas produk, memberikan label, memasukkan data penjualan, hingga mengangkat jeriken madu yang baru saja tiba dari pengiriman.

"Madu itu kan, datang dikirimnya pakai jeriken-jeriken. Jerikennya juga besar-besar, yang 60kg, dan itu mereka pada bisa ngangkat. Karena ya, kita semua perempuan, kita nggak bisa mengandalkan harus ada laki-laki dulu untuk menurunkan. Kalau kayak gitu jadinya nggak kerja-kerja. Jadi kita semua kerja sama untuk ngangkat jeriken madu itu," cerita Sukma.

Menariknya, semua pegawai Blooming Seven adalah lulusan SMA yang minim ilmu soal bisnis maupun pengemasan produk. Namun hal itu tak jadi masalah karena Sukma siap mengajarkan hal tersebut kepada pegawainya.

"Jadi tantangannya itu adalah banyak belajar dan mengajari karyawan saya juga. Nah, kebetulan juga karyawan saya lulusan SMA semua, banyak dari mereka itu awalnya nggak ada yang mengerti komputer. Jadi harus saya ajarkan cara memakai komputer gimana, cara memasukkan angka di Excel gimana, rumus-rumusnya, itu sampai saya catat di tembok cara manualnya, cara menghitung dan rumusnya," terang Sukma.

Tak hanya sampai di situ, Sukma pun punya prinsip bagaimana caranya supaya karyawannya tidak ada yang kesusahan. Timnya tidak ada yang hidupnya susah dan sebisa mungkin sejahtera meskipun nggak kaya raya.

"Yang bisa saya sediakan adalah biaya kesehatan. Kalau ada yang sakit saya sendiri yang bawa ke klinik terdekat, saya sendiri yang antar, saya sendiri yang menemani," ceritanya.

"Saya memberikan mereka tempat tinggal yang layak, saya sewakan rumah di dekat dengan rumah produksi dimana mereka nggak perlu keluar uang untuk kontrakan," tambahnya.

Tak hanya sampai di situ, Sukma pun menyediakan catering makan siang dan malam untuk karyawannya yang bekerja dengannya. Sukma melakukan ini agar karyawannya minim pengeluaran untuk bekerja.

"Jadi saya berusaha gimana caranya gaji mereka itu bisa mereka tabung untuk kehidupan mereka aja gitu, jangan sampai mereka mengeluarkan ongkos untuk kerja, keluar ongkos untuk makan pada saat kerja," terangnya.

"Jangan sampai mereka kerja untuk saya, mereka mengeluarkan uang untuk saya," tambahnya.

Sukma berharap, usaha Blooming Seven yang terinspirasi dari nama anaknya ini bisa terus mekar, bersemi, dan makin berkembang di kemudian hari dengan terus memberdayakan perempuan di sekitar.

"Saya berharapnya sukses itu bukan hanya saya tapi juga tim saya," pungkasnya.

 Baca Juga: Srikandi untuk Negeri, Cerita Nala Amirah Bangun Green Welfare di Usia 15 Tahun

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja