Parapuan.co - Di balik glamorama pakaian modis yang kita kenakan, ternyata tersimpan rahasia kelam dari industri fashion.
Menurut data dari McKinsey & Co., industri mode adalah salah satu kontributor terbesar terhadap kerusakan lingkungan.
Bagaimana tidak, berdasarkan temuan tersebut, diketahui bahwa industri fesyen telah menyumbangkan 4% dari keseluruhan emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.
Melihat hal serius ini mendorong jenama mode Sejauh Mata Memandang (SMM) untuk kembali menelurkan koleksi yang berkelanjutan sekaligus menyinggung isu lingkungan pada karya busananya.
Koleksi yang diberi nama Rimba ini pun terinspirasi dari Kawasan Ekosistem Leuser di Aceh Timur, yang merupakan tepat terakhir di dunia bagi empat spesies yang terancam punah untuk dapat hidup berdampingan di alam liar.
Maka dari itu, Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, menyematkan unsur-unsur hewan istimewa seperti gajah, badak, harimau dan orangutan Sumatera dalam motif-motif pada koleksi terbarunya ini.
Tak hanya itu, Kawan Puan juga bisa menemukan motif yang penuh cerita dan pesan pada koleksi Rimba ini.
Misalnya menceritakan tentang penebangan liar yang banyak terjadi di hutan-hutan Indonesia, sehingga Kawan Puan bisa menemukan gambar pohon ditebang pada koleksi terbaru Sejauh Mata Memandang.
Baca Juga: Sejauh Mata Memandang Pamer Busana Khas Budaya Indonesia di Bulgaria
“Koleksi ini merupakan sebuah ekspresi dari komitmen SMM dalam upaya menjaga dan melestarikan alam terutama hutan serta berbagai makhluk yang hidup di dalamnya," ujar Chitra Subyakto dalam acara peluncuran koleksi Sejauh Mata Memandang: Rimba (10/8/2023) yang turut dihadiri PARAPUAN.
Demi mengedepankan proses produksi yang bertanggung jawab dalam menelurkan koleksi Rimba, SMM bekerja sama dengan pengusaha rumahan printing tekstil di Bali.
Selain itu juga menggunakan pewarna buatan bersertifikat OEKO-TEX®️ STANDARD 100 yang lebih ramah lingkungan karena dapat menghemat pemakaian air pada proses produksinya.
Lebih dari itu, pewarna ini juga telah teruji aman untuk kulit anak-anak maupun yang memiliki kulit sensitif.
Tak sampai di situ, sebagai bentuk komitmen menerapkan sirkularitas, dalam koleksi Rimba ini SMM juga menggunakan kain serat TENCEL™️ yang tak hanya diproses secara bertanggung jawab dan dapat terurai kembali ke alam (biodegradable) di masa akhir pakainya, tetapi juga dinilai lembut dan memberikan rasa nyaman saat dipakai.
Pilihan bahan ini dirasa cocok dengan iklim tropis Indonesia terlebih dengan adanya fenomena gelombang panas yang kerap melanda saat ini.
Hal ini juga dirasakan oleh tim PARAPUAN ketika menyentuh bagian kain dari koleksi Rimba ini yang terasa ringan dan lembut, yang dirasa cocok dikenakan di tengah cuaca panas.
Dirilis secara eksklusif dan terbatas, koleksi ini tersedia dalam pilihan warna hitam, off white serta hijau botol.
Baca Juga: Koleksi Terbaru Sejauh Mata Memandang, Terinspirasi dari Jajanan Pasar
Adapun item yang tersedia berupa scarf, outer, baju Padma, baju panjang, dan baju Chandra untuk perempuan, hingga kemeja lengan pendek untuk laki-laki.
Kawan Puan bisa mendapatkan koleksi “Rimba” secara eksklusif dan terbatas mulai harga Rp 850 ribu - Rp 2,25 juta di Dia.Lo.Gue Shop Kemang dan webstore www.sejauh.com.
Inisiasi untuk Konservasi Alam
Menariknya lagi, sejalan dengan perilisan koleksi Rimba, SMM juga turut berpartisipasi pada program restorasi hutan di Kawasan Ekosistem Leuser yang sudah berjalan sejak akhir tahun 2020.
Dalam kolaborasinya dengan Yayasan HAkA (Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh) dan Forum Konservasi Leuser, SMM menginisiasi program restorasi hutan ini dan perkembangannya yang hingga awal tahun 2023 ini telah berhasil merestorasi area hutan seluas 20 hektar, setara dengan sekitar 8.000 pohon.
“Inisiatif ini merupakan bentuk kolaborasi kami dengan para Sahabat Sejauh yang telah membeli produk kami, dengan menyumbangkan sebagian dari hasil pembelian mereka untuk program restorasi hutan,” ujar Chitra.
Bukan tanpa alasan Chitra Subyakto menginisiasikan program ini, karena ia menyadari betul ancaman kepunahan yang dihadapi oleh beberapa spesies makhluk hidup khas Indonesia tersebut.
Baca Juga: Rekomendasi Kado Natal 2022 dengan Material Ramah Lingkungan
“Namun banyak pula yang belum memahami tindakan apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk turut andil dalam konservasi hutan tempat bernaungnya flora dan fauna yang terancam, contohnya ekosistem di Leuser," paparnya.
Untuk itu, Sejauh Mata Memandang pun mengambil inisiatif pelestarian dengan cara yang sederhana dan lebih dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia.
Hal tersebut pun divalidasi oleh Farwiza Farhan, Pendiri Yayasan HAkA, yang turut hadir dalam acara tersebut.
Menurut perempuan yang akrab dipanggil Wiza ini, selama perjalanan hidupnya berada di Kawasan Ekosistem Leuser, ia melihat dengan nyata bagaimana kerusakan lingkungan turut memengaruhi kepunahan beberapa spesies langka.
"Kawasan Ekosistem Leuser adalah tempat terakhir hewan-hewan yang nyaris punah ini. Dengan restorasi (hutan) tersebut, bisa sedikit banyak membantu memberikan tempat hidup yang layak bagi mereka (hewan nyaris punah)," ujar Farwiza Farhan.
Maka dari itu, melalui koleksi “Rimba”, Chitra Subyakto pun berharap kesadaran dan partisipasi Sahabat Sejauh dalam mendukung upaya penting ini dapat meningkat.
(*)