Kemudian ada Sr. Stefani Rengkuan dari Katolik yang mengatakan di gereja Katolik sudah aktif mengupayakan menghapus KDRT sejak lama.
Bahkan Gereja Katolik sudah memiliki mekanisme dalam hal menangani pelaporan KDRT.
"Kami dari tingkat KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) memiliki komisi dan membuat jejaring hingga ke tingkat keuskupan. Ada 37 keuskupan di Indonesia," ungkap Stefani.
Ia juga menambahkan, "Selain itu ada mekanisme untuk jamaah yang mengalami KDRT. Kami mencoba meminimalisir kasus KDRT."
Sedangkan Pdt. Sifra Glorianthy N. dari Kristen mengatakan, Gereja Kristen Pasundan saat ini punya kepedulian terhadap KDRT.
Bahkan, para pendeta dibekali pembinaan dan training mengenai keadilan gender.
"Kami diberikan pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan sejajar. Kami dibekali membaca alkitab dengan mata baru," jelas Sifra.
"Di balik kisah kekerasan dalam alkitab, kita harus hidup berkeadilan. Ada pembekalan suami istri [sebelum menikah] bahwa hubungan mereka setara,” kata Sifra.
Is Wediningsih dari Penghayat Kepercayaan juga menyatakan bahwa jemaah mengadakan sarasehan setiap minggu yang banyak membahas hal terkait pernikahan.
Baca Juga: Kekerasan Bisa Terulang, Ini Arti Fase Bulan Madu Semu dalam KDRT