Viral di TikTok Skincare Abal-Abal, Ini Sejarah Penggunaan Merkuri pada Produk Kecantikan

Citra Narada Putri - Kamis, 14 September 2023
Ilustrasi kosmetik.
Ilustrasi kosmetik. (Nikolay Amoseev/iStockphoto)

Parapuan.co - Tengah viral di TikTok seorang perempuan memiliki kulit wajah yang menghitam karena menggunakan skincare yang mengandung merkuri.

Diceritakan olehnya bahwa pasca menggunakan skincare dengan kandungan merkuri, kulit wajahnya memang terlihat sangat mulus dan glowing. 

Namun pasca berhenti memakai skincare tersebut, kulitnya justru berubah memburuk dan jadi lebih parah.

Mulai dari muncul flek hitam, iritasi, kulit menjadi sangat kering hingga akhirnya keseluruhan wajahnya menggelap seperti gosong. 

Dari kasus viral di TikTok tersebut, makin banyak beauty enthusiast yang tersadarkan tentang bahayanya dampak penggunaan merkuri pada kulit. 

Namun sebenarnya, bagaimana awal mula penggunaan merkuri dalam produk-produk kecantikan?

Jika ternyata bahan ini berbahaya bagi kulit, lantas mengapa justru digunakan dalam produk kosmetik hingga skincare?

Sejarah Penggunaan Merkuri

Melansir dari Gridhype, merkuri adalah salah satu logam pertama yang diketahui dan senyawanya telah digunakan sepanjang sejarah.

Baca Juga: Tawarkan Wajah Putih Instan, Kenali Bahaya Merkuri bagi Kulit Ini

Awal mulanya para arkeolog menemukan merkuri di sebuah makam Mesir yang berasal dari 1500 SM.

Orang Mesir dan Cina mungkin telah menggunakan cinnabar sebagai pigmen merah selama berabad-abad.

Sedangkan melansir dari cosmetotheque.com, penggunaan merkuri dalam produk kecantikan sudah dilakukan bahkan sejak abad ke-16.

Saat itu, merkuri masuk ke dalam komposisi produk pemutih kulit dalam dua bentuk kimia utama.

Pertama, “menyublim” di mana logam berbentuk massa padat berwarna putih dan mengubahnya menjadi bubuk yang disebut “sublimat korosif”.

Dengan menggunakan presipitasi, dibuatlah bentuk lain dari bubuk putih yang disebut “sublimat murni” atau “sublimat manis” atau kalomel.

Dalam produk pemutih, secara bertahap akan digantikan oleh garam Bismut namun masih terus digunakan dalam bentuk yang berbeda.

Adapun salah satu figur terkenal yang pernah menggunakan merkuri dalam perawatan wajahnya adalah Ratu Elizabeth I.

Baca Juga: Mengenal Merkuri, Bahan dalam Skincare yang Berbahaya bagi Kesehatan

Pemimpin kerajaan Inggris abad ke-16 itu sengaja mengenakan make up merkuri demi menutupi bekas cacar di wajahnya. Namun nahas, hal ini justr membuat kulit Ratu Elizabeth I semakin memburuk.

Namun dia tetap saja memperbanyak penggunaannya bahkan sampai ‘mendempul’ wajahnya dengan ceruse tebal-tebal sehingga orang-orang tidak bisa lagi melihat kekurangan pada kulitnya.

Dalam produk kosmetik, untuk mendapatkan warna merah pekat yang juga kerap disebut “Rouge”, perlu menggunakan garam merkuri.

Begitu pula pada sebagian besar produk blush on di abad tersebut dibuat dari bahan mineral dan logam.

Beberapa zat akan menjadi inti dari sediaan: cinnabar atau vermilion, keduanya adalah merkuri sulfida. Penggunaannya akan terus berlanjut meskipun menggunakan bahan alami dan nabati.

Kemudian pada abad ke-20, sifat antiseptik pada turunan merkuri juga membuat mineral ini makin banyak digunakan. 

Turunan merkuri sengaja ditambahkan ke dalam beberapa kosmetik, seperti riasan kontur mata, yang fungsinya untuk menjamin sterilitas.

Namun, penggunaan turunan merkuri untuk tujuan tersebut sudah mulai ditinggalkan beberapa dekade lalu.

Baca Juga: 6 Tips Memilih Kosmetik yang Aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Misalnya seperti pada Thiomersal atau sodium mercurothiolate, yang mana molekul ini telah digunakan dalam sediaan farmasi sebagai antijamur atau sebagai penstabil dalam vaksin, yang tidak lagi digunakan dalam produk kosmetik.

Tapi karena manfaatnya yang antijamur, masih ada beberapa produsen produk kecantikan yang menggunakan merkuri dalam produk mereka. 

Tak hanya digunakan untuk tujuan mendapatkan kulit putih atau fungsinya yang anti jamur, selama berabad-abad, krim dan salep yang mengandung merkuri telah digunakan untuk mengatasi berbagai macam masalah kulit, termasuk sifilis, impetigo, jerawat, dan kutil.

Para ahli dermatologi di abad ke-19, menggunakan merkuri sebagai bahan pencerah untuk mengatasi masalah pigmentasi, misalnya seperti meminimalkan bintik-bintik.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak kosmetik dan obat-obatan yang dipatenkan pada abad ke-19 mengandung merkuri.

Kendati demikian, karena merkuri sangat beracun dan efek penyembuhannya belum terbukti, maka penggunaan merkuri untuk obat-obatan dihentikan.

Pembatasan penggunaan merkuri pada produk kecantikan mulai dilakukan di Amerika Serikat mulai tahun 1939.

Langkah tersebut mulai dilakukan secara bertahap, yang kemudian mengarah pada pelarangan total pada tahun 1970. Di Eropa, pelarangan garam merkuri juga dimulai pada tahun 1970-an.

Kini, sebagian besar negara juga melakukan pelarangan terhadap penggunaan merkuri pada produk kecantikan, termasuk Indonesia.

Hal ini telah tertuang dalam Peraturan Presiden No 21 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri (RAN PPM).

Sayangnya, meski telah dilarang karena berdampak buruk bagi penggunanya, produk kosmetik bermerkuri nyatanya masih diperjualbelikan secara ilegal.

Maka dari itu, Kawan Puan perlu berhati-hati dan lebih cermat dalam memilih produk kecantikan yang bebas dari bahan berbahaya, salah satunya merkuri. 

(*)

Baca Juga: Dokter Viral di TikTok Beri Tips Berhenti Pakai Skincare Abal-Abal

Sumber: Gridhype
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja