Parapuan.co - Kawan Puan, apakah saat berkirim pesan kamu sering menggunakan emoji?
Penggunaan emoji atau emoticon saat berkirim pesan seakan memperkuat isi di dalamnya.
Tak hanya itu, emoji juga dianggap menampilkan bagaimana ekspresi yang ditunjukkan pengirimnya saat berkirim pesan.
Di sisi lain, penggunaan emoji ini justru menimbulkan fenomena hingga polemik tersendiri.
Salah satunya adalah fenomena baru yang terjadi di Pengadilan Kanada.
Baru-baru ini Pengadilan Kanada membuat putusan dan mengakui jika emoji thumbs up atau jempol ke atas sebagai tindakan hukum penerimaan dan persetujuan kontrak.
Sementara di beberapa wilayah lain, emoji thumbs up ini menujukkan menyukai sesuatu atau menyetujui sesuatu.
Ada juga yang beranggapan jika thumbs up sebagai bentuk pujian.
Tapi, ada juga orang yang memakai emoji ini sebagai sarkasme yang menunjukkan perbuatan tidak bagus.
Baca Juga: Sering Salah Dipakai, Ini Arti Macam-Macam Emoji Tangan di WhatsApp
Terkait Pengadilan Kanada yang mengakui jika thumbs up sebagai bukti kesepatan kontrak, berikut penjelasan lengkapnya sebagaimana dilansir dari New York Times.
Bermula dari Transaksi Jual Beli
Pada tahun 2021 lalu, Chris Achter seorang petani di Saskatchewan bermaksud menjual 87 metrik ton rami pada Kent Mickleborough.
Kent Mickleborough selaku pembeli kemudian mendatangani kontrak dan mengirimkan fotonya secara online pada Chris Achter.
Pesan tersebut kemudian dibalas oleh Chris dengan emoji thumbs up atau jempol ke atas.
Chris Archter berpendapat bahwa emoji thumbs up ini hanya menegaskan bahwa dirinya menerima kontrak rami dan bukan menyetujui ketententuan kesepakatan.
Dalam artian, Chris beranggapan jika kontrak secara resmi akan dikirim melalui faks atau email untuk ia tinjau dan tandatangani.
Artian yang Berbeda dari Pihak Kent Mickleborough
Baca Juga: Fitur Baru WhatsApp Tengah Diuji, Ada Pratinjau Emoji Reaction dan Past Participant
Sementara dari sisi pembeli gandum, Kent Mickleborough menunjukkan bahwa dia mengirim foto kontrak tersebut ke ponsel Chris Achter sambil menulis "Tolong konfirmasi kontrak kami".
Jadi, ketika Chris Achter membalas dengan emoji thumbs up, Kent Michleborough mengartikan emoji tersebut sebagai bentuk persetujuan kontrak.
Padahal, Chris dan Kent sendiri sudah bekerjasama dalam waktu yang cukup lama.
Lebih lanjut, duduk permasalahan di antara Chris Achter dan Ken Michleborough ini pun mencapai tahap persidangan.
Hakim TJ Keene dari Pengadilan King's Bench di Saskatchewa memutuskan jika terdapat kontrak yang sah antara Chris Achter dan Kent Mickleborough.
Chris pun dinyatakan telah melanggar kontrak karena tidak mengirimkan rami.
Hakim juga memeberikan hukuman pada Chris Achter untuk membayar ganti rugi sebesar 82.200 dolar Kanada, atau sekitar 61.000 dollar Amerika (sekitar Rp937,6 juta).
Fenomena Baru Terkait Penggunaan Emoji
Lebih lanjut, Professor Laura E. Little dari Temple University Beasly School of Law mengatakan keputusan tersebut menjadi hal yang luar biasa dalam dunia komunikasi di mana emoji bisa menjadi jebakan pembuatan kontrak.
Di sisi lain Eric Goldman, seorang profesor hukum dan salah satu direktur High Tech Law Institute di Santa Clara University School menyebut jika sebesar 45 persen pengadilan di Amerika Serikat menganggap bahwa emoji thumbs up merujuk pada ungkapan sarkastik.
Menurutnya, beberapa negara lain juga menggunakan emoji thumbs up sebagai penerimaan pesan. Sedangkan, di negara Timur Tengah emoji ini bersifat ofensif.
"Kasus ini ini tidak akan secara pasti menyelesaikan arti dari emoji jempol ke atas,” kata Profesor Goldman.
Ia juga menegaskan jika penggunaan emoji thumbs up bisa menimbulkan konsekuensi hukum yang serius.
"Kasus ini mengingatkan orang-orang bahwa penggunaan emoji jempol ke atas dapat menimbulkan konsekuensi hukum yang serius," lanjutnya.
Baca Juga: Ada Emoji Tangan Tos Resmi, Jangan Sampai Salah Arti Emoji Terbaru
(*)