Anak yang mengalami ADHD mungkin sangat sulit untuk patuh pada instruksi atau beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain, sehingga mereka tampak tegas dan marah.
Ketidakmampuan mereka untuk fokus dan menyelesaikan tugas juga dapat menyebabkan tantrum dan konflik dalam diri.
2. Anak-anak merasakan kecemasan yang parah dan tidak terdeteksi.
Jika anak memiliki kecemasan, terutama kalau mereka menyembunyikannya, ini berarti mereka kesulitan menghadapi situasi yang tidak nyaman.
Anak-anak mungkin marah ketika tuntutan di sekolah, misalnya, memberikan tekanan pada mereka yang tidak bisa mereka tangani.
Dalam situasi yang menimbulkan kecemasan ini, mereka mungkin mengalami tantrum atau menolak melakukan sesuatu untuk menghindari sumber ketakutan akut.
3. Anak trauma dan merasa diabaikan di rumah.
Sebagian perilaku bermasalah anak di sekolah adalah hasil dari trauma, kelalaian, atau kekacauan yang ada di rumah.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Anak Tantrum, Kuncinya Ajarkan Komunikasi yang Baik
4. Anak-anak marah dan berteriak karena memiliki gangguan atau kesulitan dalam belajar.
Alih-alih meminta bantuan, anak-anak mungkin merobek tugas untuk mengalihkan perhatian dari masalah sebenarnya.
5. Sebagian anak mengalami kesulitan dalam mengolah informasi sensorik yang mereka terima dari lingkungan di sekitarnya.
Jika anak terlalu peka atau kurang peka terhadap stimulasi, hal-hal seperti kebisingan atau pakaian yang tidak nyaman membuat mereka merasa tidak nyaman, cemas, terganggu, atau kewalahan.
6. Anak-anak dalam spektrum autisme juga sering rentan terhadap kemarahan yang dramatis.
Itulah tanda kemarahan pada anak perlu dikhawatirkan dan apa yang menjadi penyebabnya.
Dengan mengetahui hal-hal di atas, Kawan Puan bisa memperkirakan apakah perilaku kemarahan pada anak dianggap tidak normal.
Jika Kawan Puan menemukan sesuatu yang janggal pada perilaku si kecil, segeralah konsultasikan kepada dokter.
(*)
Baca Juga: Anak Sering Tantrum, Ini Alasan Pentingnya Mengenalkan Emosi Pada Anak