Parapuan.co - Anak marah dan berteriak adalah hal yang wajah terjadi.
Namun penting untuk dipahami bahwa kemarahan dan luapan emosi dengan berteriak itu bisa menjadi tanda bahwa mereka merasa frustrasi dan tertekan.
Kendati demikian, adakalanya kondisi marah-marah dan tantrum pada anak menjadi tanda masalah perilaku yang mengkhawatirkan.
Lantas, kapan kemarahan dan teriakan anak dianggap sebagai sesuatu yang serius dan tidak normal?
Simak informasi mengenai tanda ledakan emosi anak membutuhkan perhatian lebih dan kemungkinan penyebabnya seperti mengutip Child Mind!
Tanda-Tanda Ledakan Emosi Anak yang Tidak Normal
1. Jika tantrum dan ledakan emosi anak terjadi di atas usia 7 atau 8 tahun. Tantrum pada anak umumnya terjadi mulai umur 1,5 sampai 4 tahun.
2. Jika perilaku anak berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain.
Baca Juga: Jangan Dimarahi, Ini 7 Cara Mengatasi Anak Balita Tantrum di Supermarket
3. Jika perilaku anak menyebabkan masalah serius di sekolah, ditambah adanya laporan guru tentang kondisi mereka yang tidak terkendali.
4. Jika perilaku anak mengganggu kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan anak-anak lain.
5. Jika tantrum dan ketidakpatuhan mereka menyebabkan banyak konflik di rumah dan mengganggu kehidupan keluarga.
6. Jika anak merasa kesal karena tidak dapat mengendalikan kemarahannya, dan itu membuat mereka merasa buruk tentang dirinya sendiri.
Memahami Kemarahan Anak dan Penyebabnya
Ketika anak-anak terus-menerus mengalami ledakan emosi, biasanya itu adalah gejala dari ketidaknyamanan.
Oleh karenanya penting untuk memahami apa yang memicu perilaku anak dengan mengenali beberapa hal yang bisa jadi penyebabnya di bawah ini:
1. ADHD atau Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas.
Baca Juga: Anak yang Ikut Daycare Cenderung Punya Masalah Perilaku? Ini Kata Studi
Anak yang mengalami ADHD mungkin sangat sulit untuk patuh pada instruksi atau beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain, sehingga mereka tampak tegas dan marah.
Ketidakmampuan mereka untuk fokus dan menyelesaikan tugas juga dapat menyebabkan tantrum dan konflik dalam diri.
2. Anak-anak merasakan kecemasan yang parah dan tidak terdeteksi.
Jika anak memiliki kecemasan, terutama kalau mereka menyembunyikannya, ini berarti mereka kesulitan menghadapi situasi yang tidak nyaman.
Anak-anak mungkin marah ketika tuntutan di sekolah, misalnya, memberikan tekanan pada mereka yang tidak bisa mereka tangani.
Dalam situasi yang menimbulkan kecemasan ini, mereka mungkin mengalami tantrum atau menolak melakukan sesuatu untuk menghindari sumber ketakutan akut.
3. Anak trauma dan merasa diabaikan di rumah.
Sebagian perilaku bermasalah anak di sekolah adalah hasil dari trauma, kelalaian, atau kekacauan yang ada di rumah.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Anak Tantrum, Kuncinya Ajarkan Komunikasi yang Baik
4. Anak-anak marah dan berteriak karena memiliki gangguan atau kesulitan dalam belajar.
Alih-alih meminta bantuan, anak-anak mungkin merobek tugas untuk mengalihkan perhatian dari masalah sebenarnya.
5. Sebagian anak mengalami kesulitan dalam mengolah informasi sensorik yang mereka terima dari lingkungan di sekitarnya.
Jika anak terlalu peka atau kurang peka terhadap stimulasi, hal-hal seperti kebisingan atau pakaian yang tidak nyaman membuat mereka merasa tidak nyaman, cemas, terganggu, atau kewalahan.
6. Anak-anak dalam spektrum autisme juga sering rentan terhadap kemarahan yang dramatis.
Itulah tanda kemarahan pada anak perlu dikhawatirkan dan apa yang menjadi penyebabnya.
Dengan mengetahui hal-hal di atas, Kawan Puan bisa memperkirakan apakah perilaku kemarahan pada anak dianggap tidak normal.
Jika Kawan Puan menemukan sesuatu yang janggal pada perilaku si kecil, segeralah konsultasikan kepada dokter.
(*)
Baca Juga: Anak Sering Tantrum, Ini Alasan Pentingnya Mengenalkan Emosi Pada Anak