Vivi menjelaskan bahwa setiap tahunnya kasus KDRT mengalami peningkatkan.
"Setiap tahun kasus KDRT menunjukkan angka yang relatif tinggi," tegas Vivi Widyawati.
Ia juga menambahkan bahwa hal ini terjadi salah satunya disebabkan karena sosialisasi terkait KDRT masih kurang optimal dan belum merata terutama di wilayah terpencil.
"Pemerintah masih belum melakukan sosialisasi yang cukup dan merata," tambahnya.
Terkait apa yang dikatakan Vivi, Siti Mazuma juga menegaskan bahwa masih banyak korban KDRT yang kesulitan bersuara dengan apa yang dialami.
"Kebebasan bersuara juga penting, di sisi lain mereka juga memiliki kesulitan dalam kebebasan bersuara," kata Siti Mazuma.
Ia juga menegaskan bahwa ketika korban berani bersuara, pihak keluargalah yang menjadi penghalang utamanya.
"Ketika korban memiliki keberanian untuk melaporkan, salah satu penghalang itu adalah keluarga," tegas Siti Mazuma.
"Mereka sering berkata 'Jangan dulu, kasian anak kamu, gimana nama keluaga'," tambahnya.
Di sisi lain, ada banyak dampak yang akan dirasakan korban KDRT jika mereka enggan bersuara.
Mulai dari terus mengalami kekerasan fisik, kondisi psikis yang tidak seimbang, hingga memengaruhi produktivitas bekerja.
Sementara itu jika kamu atau kerabat ada yang menjadi korban KDRT segera laporkan tindakan ini melalui jalur kepolisian maupun melalui hotline 021-129 atau WhatsApp 08111-129-129 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Baca Juga: Dilema KDRT seperti Kasus di Cikarang, Pilih Bertahan atau Berpisah dari Pasangan?
(*)