Gambaran Karakter Perempuan dalam Film Kejarlah Janji Jelang Pemilu 2024

Rizka Rachmania - Sabtu, 23 September 2023
Gambaran karakter perempuan dalam film Kejarlah Janji yang dirilis KPU jelang Pemilu 2024
Gambaran karakter perempuan dalam film Kejarlah Janji yang dirilis KPU jelang Pemilu 2024 Dok. Film Kejarlah Janji

Parapuan.co - Komisi Pemilihan Umum (KPU) merilis sebuah film berjudul Kejarlah Janji jelang Pemilu 2024 tanggal 14 Februari.

Film ini dibuat sebagai media untuk mengedukasi, mengajak, serta memengaruhi pandangan perempuan memilih terhadap Pemilu 2024.

Film Kejarlah Janji digarap oleh sutradara Garin Nugroho dan penulis naskah Alim Sudio, bekerja sama dengan Asta Jaya Centra Cinema, Padi Padi Creative, dan Garin Workshop.

Pesan utama dalam film Kejarlah Janji yang perlu Kawan Puan sebagai perempuan memilih adalah pentingnya menggunakan hak pilih dalam Pemilu 2024.

Suara perempuan memilih akan sangat dibutuhkan demi menentukan presiden dan wakil presiden serta pemimpin lainnya di Pemilu 2024.

Film ini pun mengusung pesan tentang Pemilu 2024 damai, tidak perlu ada pertengkaran, pertikaian, dan perselisihan, bahkan jika pilihan pemimpinnya beda.

Pesan penting lain dalam film Kejarlah Janji yang dimasukkan oleh KPU ke dalam dialog-dialognya adalah krusialnya melihat latar belakang calon pemimpin yang akan dipilih.

Kawan Puan sebagai perempuan memilih perlu melihat hasil kerja dan kinerja calon pemimpin tahun-tahun ke belakang demi memastikan kemampuannya memimpin.

Nah Kawan Puan, selain soal pesan penting yang ingin disampaikan oleh KPU lewat film ini, ada pula penggambaran karakter perempuan yang berhubungan dengan pemilu.

Baca Juga: 5 Pesan Penting Menjelang Pemilu 2024 untuk Perempuan Memilih dalam Film Kejarlah Janji

Karakter perempuan dalam film Kejarlah Janji digambarkan punya keterlibatan dalam Pemilu namun belum secara signifikan.

Belum ada penggambaran karakter perempuan yang mencalonkan diri dalam pemilihan umum di film Kejarlah Janji.

Gambaran Karakter Perempuan dalam Film Kejarlah Janji

Ada dua karakter perempuan utama dalam film ini yaitu Bu Pertiwi yang diperankan oleh Cut Mini dan Sekar yang diperankan Shenina Cinnamon.

Sekar adalah putri Bu Pertiwi yang merantau dan bekerja di sebuah kafe untuk membiayai kuliah S3-nya.

Sekar dan Bu Pertiwi merupakan perempuan memilih yang punya pandangan positif terhadap pemilu.

Mereka pun memberikan hak suaranya pada pemilu yang diselenggarakan di desanya.

Bu Pertiwi dan Sekar pun menyambut baik pilkades di desa mereka, siapapun calon yang mencalonkan diri jadi pemimpin.

Akan tetapi, karakter Bu Pertiwi dan Sekar tidak digambarkan sebagai perempuan yang berperan aktif, turut andil, maupun terlibat dalam proses pemilu.

Baca Juga: Sinopsis Film Kejarlah Janji dari KPU, Gaungkan Pemilu Damai di 2024

Mereka hanya karakter perempuan yang punya pandangan positif terhadap pemilu dan mendukung penyelenggaraannya untuk menentukan calon pemimpin.

Keduanya pun sekadar memberikan suaranya saat pemilu diselenggarakan di desanya, tanpa ada peran krusial lainnya dalam pemilu.

Selain Sekar dan Bu Pertiwi, ada banyak karakter perempuan lain dalam film Kejarlah Janji.

Namun penggambaran karakter perempuan lainnya di film Kejarlah Janji ini kurang kuat dan berperan aktif dalam pemilu.

Beberapa karakter perempuan bahkan digambarkan sebagai pelengkap saja saat penyelenggaraan pemilu.

Contohnya adalah perempuan pemilik warung, pemandu lagu, penjual di pasar, pembantu rumah tangga, dan istri sekretaris desa.

Film Kejarlah Janji punya banyak karakter perempuan namun belum menggambarkan perempuan yang aktif terlibat dalam penyelenggaraan pemilu, misalnya mencalonkan diri jadi pemimpin.

Kawan Puan yang penasaran dengan film Kejarlah Janji akan segera bisa menyaksikannya di bioskop secara terbatas, pemutaran di ruang alternatif, maupun layar tancap di beberapa daerah.

Baca Juga: Review Film Kejarlah Janji, Sarat Pesan Pemilu Damai dan Dorong Partisipasi Pemilih

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?