1. Seorang anak laki-laki di sekolah tidak berperilaku maskulin, sehingga dia diintimidasi oleh anak-anak laki-laki di kelasnya karena dianggap "terlalu feminin."
2. Anak laki-laki menangis dan ayahnya mengatakan padanya untuk "kuat" atau bahwa "laki-laki tidak boleh menangis".
3. Ketika seorang laki-laki memberi tahu pasangannya apa yang boleh dan tidak boleh mereka kenakan dan dengan siapa mereka boleh atau tidak boleh menghabiskan waktu.
4. Bila ada laki-laki mengkritik lelaki lain karena tertarik pada sesuatu yang dianggap terlalu feminin, misalnya film atau drama Korea, musik Kpop, warna pink, dll.
5. Ketika seorang laki-laki khawatir untuk menjadi rentan secara emosional dengan pasangannya karena takut terlihat "lemah".
6. Seorang laki-laki yang mengalami masalah kesehatan mental enggan menjalani terapi karena harus "bersikap kuat" atau "menghadapinya dengan kekuatan".
Itulah tadi definisi dan contoh-contoh perilaku toxic masculinity yang ada di sekitar kita.
Maskulinitas toksik merupakan masalah serius yang dapat memengaruhi kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Maka itu, harusnya tidak ada toxic masculinity jika dalam masyarakat sudah banyak yang mendorong adanya kesetaraan gender.
Terlepas dari informasi di atas, semoga wawasanmu bertambah setelah membacanya ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Berkaca dari Kasus KDRT dan Pembunuhan di Cikarang, Ini 20 Tanda Pernikahan Toxic
(*)