Parapuan.co - Rasanya sebagian besar Kawan Puan sudah sering mendengar istilah toxic masculinity atau maskulinitas toksik.
Istilah ini mengacu pada pemahaman sebagian orang tentang kejantanan atau kelaki-lakian.
Bahwasanya, laki-laki seolah harus berperilaku dalam cara tertentu dan tidak boleh melakukan tindakan tertentu yang tidak dianggap jantan.
Ide bahwa laki-laki harus tangguh dan menunjukkan kejantanannya inilah yang dikenal dengan toxic masculinity.
Akan tetapi, apa itu toxic masculinity sendiri? Seperti apa contohnya? Yuk, simak informasinya seperti mengutip Very Well Mind di bawah ini!
Mengenal Apa Itu Toxic Masculinity
Maskulinitas toksik bukan hanya tentang berperilaku layaknya yang katanya seorang laki-laki sejati.
Istilah toxic masculinity melibatkan tekanan ekstrem yang mungkin dirasakan sebagian laki-laki untuk bertindak dalam cara yang sebenarnya merugikan.
Ada banyak definisi tentang maskulinitas toksik yang muncul dalam penelitian maupun budaya pop.
Baca Juga: Simak! 3 Dampak Berada dalam Toxic Situation Menurut Psikolog
Bahwasanya, maskulinitas toksik memiliki tiga komponen inti seperti tertera dalam penelitian E.H. Thompson dan J.H. Pleck yang berjudul "The Structure of Male Role Norms" (1986), yaitu:
1. Kekerasan
Ini menyangkut gagasan bahwa laki-laki harus kuat secara fisik, dingin secara emosional, dan agresif dalam perilakunya.
2. Anti-kefemininan
Biasanya melibatkan ide bahwa laki-laki harus menolak segala sesuatu yang dianggap feminin seperti menunjukkan emosi menangis atau menerima bantuan.
3. Kekuasaan
Ini adalah asumsi bahwa laki-laki harus bekerja untuk memperoleh kekuasaan dan status (sosial dan finansial).
Kekuasan ini akan membuat mereka bisa mendapatkan penghormatan orang lain.
Contoh-contoh Toxic Masculinity atau Maskulinitas Toksik
Baca Juga: Demi Kesehatan Mental, Ini 4 Langkah Menghindari Orang-Orang Toxic
1. Seorang anak laki-laki di sekolah tidak berperilaku maskulin, sehingga dia diintimidasi oleh anak-anak laki-laki di kelasnya karena dianggap "terlalu feminin."
2. Anak laki-laki menangis dan ayahnya mengatakan padanya untuk "kuat" atau bahwa "laki-laki tidak boleh menangis".
3. Ketika seorang laki-laki memberi tahu pasangannya apa yang boleh dan tidak boleh mereka kenakan dan dengan siapa mereka boleh atau tidak boleh menghabiskan waktu.
4. Bila ada laki-laki mengkritik lelaki lain karena tertarik pada sesuatu yang dianggap terlalu feminin, misalnya film atau drama Korea, musik Kpop, warna pink, dll.
5. Ketika seorang laki-laki khawatir untuk menjadi rentan secara emosional dengan pasangannya karena takut terlihat "lemah".
6. Seorang laki-laki yang mengalami masalah kesehatan mental enggan menjalani terapi karena harus "bersikap kuat" atau "menghadapinya dengan kekuatan".
Itulah tadi definisi dan contoh-contoh perilaku toxic masculinity yang ada di sekitar kita.
Maskulinitas toksik merupakan masalah serius yang dapat memengaruhi kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Maka itu, harusnya tidak ada toxic masculinity jika dalam masyarakat sudah banyak yang mendorong adanya kesetaraan gender.
Terlepas dari informasi di atas, semoga wawasanmu bertambah setelah membacanya ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Berkaca dari Kasus KDRT dan Pembunuhan di Cikarang, Ini 20 Tanda Pernikahan Toxic
(*)