4. Menghindari sumber polusi dan asap rokok.
5. Menggunakan masker saat polusi udara tinggi.
6. Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
7. Segera konsultasi daring/luring dengan tenaga kesehatan jika muncul keluhan pernapasan.
Tujuh tips kesehatan dari protokol di atas kemudian disederhanakan menjadi dua, yaitu memakai masker dan segera memeriksakan diri bila mengalami gejala sakit pernapasan.
"Kami mengimbau masyarakat untuk terus rajin menerapkan protokol kesehatan untuk mengurangi efek buruk dampak polusi udara. Kita mendorong masyarakat untuk menerapkan dua hal untuk mencegah dampak polusi udara yaitu: 1) Memakai masker medis terutama bila beraktivitas di luar ruangan; 2) Segera memeriksakan diri ke faskes bila mengalami gangguan pernapasan," ujar dr. Anas Ma’ruf, MKM.
Masyarakat juga dapat memanfaatkan layanan telekonsultasi untuk deteksi dini dampak kesehatan dari polusi udara.
"Mari bersama-sama kita melindungi diri dan menjaga lingkungan dari polusi mulai dari lingkup terkecil, misalnya pengurangan penggunaan kendaraan bermotor berbahan fosil, tidak lakukan pembakaran sampah, mengurangi emisi dari rumah tangga seperti asap rokok dan lainnya.
"Saat ini pun, Kementerian Kesehatan RI juga tengah mengembangkan sistem peringatan dini bagi masyarakat yang
terintegrasi dengan Aplikasi SatuSehat agar masyarakat dapat lebih waspada mengenai kondisi polusi udara di sekitar mereka,” imbuhnya.
Nafas menilai bahwa diperlukan lebih banyak lagi kajian lokal untuk menghadirkan temuan yang lebih relevan terkait polusi PM2.5 dan hubungannya dengan penyakit pernapasan di Jabodetabek.
“Nafas dengan bangga dapat berkolaborasi dengan Halodoc untuk dapat menyajikan data-data terkait polusi udara serta keterkaitannya dengan penyakit pernapasan yang saat ini tengah banyak melanda masyarakat.
"Harapannya, melalui laporan studi ini, masyarakat dapat lebih memahami risiko kesehatan akibat polusi udara yang dampaknya dirasakan mulai dari jangka pendek, tidak hanya jangka panjang saja. Saat ini kami juga terus berkomitmen memperluas jaringan pemantauan kualitas udara yang saat ini sudah terpasang di lebih dari 180 titik lokasi pemantauan di berbagai kota,” ungkap Piotr Jakubowski, Co-founder & Chief Growth Officer Nafas.
Laporan ini merupakan studi terbatas, dengan menggabungkan informasi yang dihimpun Nafas terkait persebaran lokasi sensor di 73 kecamatan di Jabodetabek dan informasi yang dihimpun
Halodoc pada Juni-Agustus 2023.
Laporan terkait dampak PM2.5 terhadap kondisi kesehatan ini
disusun dengan metode statistik deskriptif analisis.
Metode ini mengkaji hubungan antara keterkaitan tingkat polusi PM2.5 dengan jumlah telekonsultasi terkait kasus penyakit pernapasan yang terjadi melalui aplikasi Halodoc di wilayah Jabodetabek.
Studi ini dilakukan dengan pemilihan waktu berdasarkan bulan dengan kejadian polusi tinggi.
Pada tahun 2023, peningkatan tren polusi terlihat dari awal Juni hingga Agustus, yang kemudian dipilih menjadi rentang waktu kajian untuk laporan ini.
Adapun keluhan penyakit pernapasan dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk namun tidak terbatas pada kondisi kesehatan pengguna Halodoc.
Informasi yang disediakan dalam studi ini hanya digunakan untuk tujuan edukasi dan wawasan tambahan.
Baca Juga: Lindungi Kulit dari Polusi dengan 5 Rekomendasi Skincare Vitamin E
(*)