Parapuan.co - Industri fast fashion jadi topik viral di TikTok yang menuai pro kontra.
Misalnya saja ada salah satu berdasarkan video viral di TikTok yang membahas mengenai dampak buruk fast fashion.
Di mana industri fast fashion yang jadi topik viral di TikTok ini produksinya berjalan 24 jam, sehingga bahan kimia dari pabrik pun keluar terus-menerus dan limbahnya mencemari lingkungan.
Selain itu, perlu diketahui pula bahwa fast fashion itu tidak menggunakan kain organik, namun memakai kain yang diwarnai secara kimia.
Menurut temuan Changing Markets Foundation yang dirilis pada tahun 2021, diketahui bahwa industri pakaian bertanggung jawab atas lebih dari 20 persen polusi air di dunia.
Ironisnya lagi, laporan International Union for Conservation of Nature tahun 2017 menunjukkan bahwa tekstil akan menjadi sumber polusi mikroplastik laut terbesar di dunia.
Tak hanya itu saja, para pekerja pun dibayar sangat rendah, bahkan lebih rendah daripada upah minimum.
Mengetahui bahwa fast fashion berdampak buruk bagi lingkungn maupun manusia, maka Kawan Puan pun harus berani melawannya.
Dilansir dari Global Citizen, berikut ini cara melawan fast fashion yang ramah lingkungan:
Baca Juga: Balenciaga Dituduh Jual Sneakers Rusak Seharga 26 Juta Rupiah, Ternyata Ini yang Sebenarnya
1. Belanja di Merek yang Ramah Lingkungan dan Beretika
Salah satu cara terbaik untuk memastikan pilihan pakaianmu tidak membahayakan lingkungan atau manusia adalah dengan memerhatikan tempat berbelanja.
Hal ini tidak hanya akan memastikan jejak karbon rendah, namun juga membantu mendorong praktik kerja yang adil bagi masyarakat di seluruh dunia.
Pasalnya, merek yang ramah lingkungan itu memperhatikan setiap langkah rantai pasokan saat memproduksi dan menjual produk.
Baik itu mulai dari mencari bahan daur ulang hingga memastikan pekerja garmen mendapat upah yang adil.
2. Beli Pakaian Berkualitas Tinggi
Selama ini kita mungkin berpikir bahwa dengan mengikuti tren fashion yang kekinian setiap saat akan membuat kita terlihat stylish.
Namun tak banyak disadari bahwa produsen pakain yang menerapkan skema fast fashion kerap kali menyuguhkan produk dari bahan murah dan kualitas buruk, yang akan membuat pakaian berujung dibuang dan harus membeli yang baru terus menerus.
Baca Juga: Sentil Isu Konservasi Alam, Sejauh Mata Memandang Rilis Koleksi Terbatas Bertajuk Rimba
Oleh sebab itu, untuk melawan fast fashion, Kawan Puan harus bijak dalam memilih pakaian yang akan kamu kenakan.
Bukan hanya dari desain pakaian tersebut, tapi juga kualitas bahannya yang tahan lama.
Misalnya, alih-alih membeli baju berbahan tipis dengan harga murah yang hanya bisa dipakai sekali, lebih baik berinvestasi pada pakaian yang sedikit lebih mahal tapi berkualitas baik dan lebih tahan lama.
3. Menyumbangkan atau Menjual Pakaian
Jika ada pakaian yang sudah terlalu besar atau memang sudah tidak dipakai, sebaiknya jangan dibuang, karena bisa kamu donasikan atau dijual.
Langkah ini merupakan cara untuk mendistribusikan kembali pakaian tanpa perlu merusak lingkungan.
Sebelum disumbangkan atau dijual, sebaiknya pakaian dicuci terlebih dahulu.
Tak hanya menjual, Kawan Puan juga bisa membeli pakaian bekas dari toko atau orang lain.
4. Lakukan Pertukaran Pakaian
Baca Juga: Minimalisir Sampah Tekstil, Ini Antusias Barter Pakaian Lewat Gerakan Saling Bertukar
Apabila Kawan Puan belum siap menyumbangkan pakaian, maka kamu bisa bertukar dengan teman-temanmu.
Bertukar pakaian bisa menjadi cara yang bagus untuk mendapatkan akses ke pakaian baru tanpa harus mengeluarkan uang atau tenaga untuk membeli barang baru.
Pastinya dengan cara ini, kamu pun bisa sering berganti pakaian dengan temanmu.
5. Repurpose Pakaian Lama
Kawan Puan juga bisa melakukan repurpose pakaian atau mengubah pakaian yang sudah tidak terpakai lagi menjadi sesuatu yang baru atau upcycling.
Contohnya saja kaos bekas jadi kain pembersih, membuat syal, boneka, dan selimut dari barang-barang di rumah.
(*)