"Dengan latar belakang cerita ini, kami mengambil kesimpulan deteksi dini penyakit, terutama kanker, sangat penting untuk mengetahui risiko dan tindakan yang harus diambil. Tentunya tes prediksi ini tidak terbatas pada penyakit kanker saja, NalaGenetics kedepannya sedang mempelajari berbagai penyakit krusial yang dapat dilakukan tes prediksi sebelumnya,” kata Levana Sani, CEO NalaGenetics, seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN.
Hadir juga dalam acara ini cancer survivor Fenny Fei Fei yang berbagi cerita ketika ia didiagnosa kanker payudara stadium 4.
“Saat itu tahun 2018, saya didiagnosa Kanker Payudata stadium 4 di mana saat itu saya memiliki anak yang masih kecil. Saat itu merasa dunia seakan berakhir. Ketika anak saya masuk ke sekolah kelas 1 SD, hari pertama saya tidak bisa mengantarkan karena saya harus melakukan kemo.
"Namun dengan ada support system dari suami dan sekitar, saya merasa semua kembali positif. Hingga kini pun saya masih menkonsumsi obat kanker rutin dan masih baik-baik saja. Sayangnya deteksi dini seperti produk MammoReady™ belum ada. Karena kini sudah hadir maka akan sangat membantu masyarakat," ujar Fenny.
Di tahun 2022, sekitar 68-73% kasus kanker payudara terdeteksi pada tahap lanjut (tahap 3 dan 4), dengan tingkat kelangsungan hidup yang rendah, sekitar 70% dan 25%.
Rendahnya kesadaran deteksi dini menjadi penyebab tingginya tingkat kematian.
Dr. dr. Samuel J Haryono, Sp.B.(K).Onk., spesialis Bedah Onkologi RS Siloam MRCCC yang juga penasihat dalam pengembangan produk MammoReady™ mengungkapkan kanker payudara menjadi peringkat pertama penyakit mematikan di dunia.