Parapuan.co - Sebagian dari Kawan Puan mungkin tidak menyangka ada seorang dokter gigi yang juga menjalani profesi sebagai trail runner (pelari).
Adalah Septiana Nia Swastika, sosok dokter gigi yang dikenal pula sebagai atlet trail runner yang pernah menjuarai berbagai kompetisi.
Mengapa Nia menjadi trail runner meski sudah bekerja sebagai dokter gigi? Apa yang diperolehnya dari olahraga trail running?
Jawabannya diungkap sendiri oleh Nia saat menjadi bintang tamu Podcast Cerita Parapuan Episode 41. Yuk, simak!
Mengenal Apa Itu Trail Runner
Trail runner adalah sebutan untuk atlet atau orang yang menyukai dan menekuni olahraga trail running.
Sedangkan trail running sendiri merupakan tipe olahraga lari yang mengambil lokasi di lokasi outdoor, semisal trek gunung, jalanan berbatu, dan sebagainya.
Singkatnya, olahraga lari ini merujuk pada kegiatan berlari di alam bebas. Adapun untuk jarak tempuhnya sangat panjang, bisa mencapai 100 km.
"Jadi kalau trail runner itu mulainya biasanya tengah malam atau sebelum subuh," kata Nia di Podcast Cerita Parapuan Episode 41.
Baca Juga: Profil Septiana Nia Swastika, Trail Runner yang Juga Seorang Dokter Gigi
Pelajaran Hidup dari Menjadi Trail Runner
Septiana Nia Swastika mengungkapkan, menjadi pelari di alam bebas alias trail runner memberikannya pelajaran hidup berharga.
Bahkan, menurutnya menjadi trail runner membuatnya bisa melalui semua hal yang selama ini bikin insecure.
"Pokoknya overcome semua hal. Semua yang bikin insecure, takut, itu berusaha kita atasi di situ. Jadi kita semakin mengenal diri kita," tutur Nia.
"Saya tuh paling takut kalau sendirian, kalau gelap. Gimana saya mengatasi itu. Gimana kalau pas lari tiba-tiba saya sendirian di tengah hutan," ujarnya lagi.
Untuk mengatasinya, Nia selalu berusaha agar ia bisa bertemu atau menyalip pelari lain supaya tidak merasa sendirian.
"Saya berusaha untuk selalu catching up dengan pelari lain di depan saya. Untuk membalap, supaya enggak merasa sendirian banget gitu," paparnya.
Terlebih jika melihat bahwa peserta trail running biasanya tidak terlalu banyak.
Hal ini mengingat perempuan yang menekuni jenis olahraga lari ini di Indonesia masih kurang.
Baca Juga: Lihat Senior, Eneng Paridah Termotivasi untuk Jadi Atlet Difabel
Oleh sebab itu, Nia sering kali mengecek jumlah peserta trail running saat mengikuti kompetisi.
Ia mengaku dengan melihat jumlah peserta, Nia dapat menghitung peserta perempuan yang ikut.
Dari situ, ia bisa mengejar peserta yang dapat menjadi teman larinya di trek saat lomba di malam hari.
"Saya lihat pesertanya berapa, perempuannya ada berapa, kira-kira kalau malam saya mau 'nempel' siapa," kata Nia.
Di samping itu, Nia juga mengatasi ketakutan pada malam dan kegelapan dengan rajin berlatih kecepatan.
Seandainya harus memulai lomba di malam hari, ia akan mempercepat larinya saat gelap dan mengatur lagi kecepatan yang tepat saat siang hari.
Nah, itulah tadi cerita Septiana Nia Swastika yang mendapatkan pelajaran hidup dari olahraga trail running.
Untuk mengetahui kisahnya lebih lengkap, simak video Podcast Cerita Parapuan Episode 41 berikut ini, yuk!
Baca Juga: Sosok Megawati, Atlet Perempuan Indonesia yang Jadi MVP di Liga Voli Korea
(*)