Review Film Budi Pekerti, Sosok Bu Prani Berhasil Bikin Penonton Berefleksi

Rizka Rachmania - Rabu, 1 November 2023
Review film Budi Pekerti karya sutradara Wregas Bhanuteja, sosok Bu Prani sukses ajak berefleksi.
Review film Budi Pekerti karya sutradara Wregas Bhanuteja, sosok Bu Prani sukses ajak berefleksi. Rekata Studio / Kaninga Pictures

Parapuan.co - Film cerita panjang kedua karya sutradara Wregas BhanutejaBudi Pekertitayang mulai 2 November 2023. Yuk, simak review film Budi Pekerti.

Review film Budi Pekerti dari PARAPUAN ini ditulis setelah press screening dan press conference di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Senin, (30/10/2023).

Review film Budi Pekerti dari PARAPUAN kali ini berfokus pada bagaimana karakter perempuan utama dalam film ini yaitu Bu Prani berhasil mengajak para penonton berefleksi.

Karakter perempuan Bu Prani dalam film Budi Pekerti diperankan oleh Sha Ine Febriyanti.

Bu Prani adalah seorang guru bimbingan konseling (BK) sebuah sekolah di Yogyakarta yang punya citra diri baik, bahkan ditawarkan kenaikan jabatan.

Bu Prani punya dua orang anak bernama Muklas (Angga Yunanda) dan Tita (Prilly Latuconsina) yang semuanya sudah dewasa.

Suami Bu Prani, Pak Didit (Dwi Sasono) tengah mengalami penyakit mental bipolar. Usaha Pak Didit semuanya gagal gara-gara pandemi Covid-19 melanda.

Masalah datang ketika video Bu Prani di pasar viral dan tersebar hingga ke pihak sekolah yang membuatnya terancam kehilangan pekerjaan.

Diproduksi oleh Rekata Studio dan Kaninga Pictures, serta berhasil mendapatkan 17 nominasi Piala Citra Festival Film Indonesia 2023, berikut review film Budi Pekerti.

Baca Juga: 5 Fakta Film Budi Pekerti, Tokoh Bu Prani Terinspirasi dari Guru Wregas Bhanuteja

Karakter Perempuan Bu Prani Berhasil Bikin Berefleksi

Kisah Bu Prani dalam film Budi Pekerti benar-benar bisa membuat penonton yang menyaksikannya berefleksi akan hal-hal yang kerap dilakukan selama ini. Bu Prani terancam kehilangan pekerjaan sebagai guru BK gara-gara videonya saat marah di pasar tersebar di media sosial hingga viral.

Orang-orang dan pihak sekolah tidak mau tahu, bahkan sedikit peduli tentang penyebab Bu Prani bisa emosi dan marah saat mengantri puthu di pasar. Mereka hanya peduli pada video sekian detik yang menampilkan dirinya tengah memarahi seorang bapak.

Hal ini membuat penonton berefleksi tentang kebiasaan merekam dan memviralkan kejadian-kejadian di sekitar tanpa memikirkan dampaknya pada orang yang divideokan.

Kawan Puan mungkin pernah merekam seseorang di publik, kemudian mengunggahnya ke media sosial demi mendapatkan views, likes, atau engagements. 

Namun kamu tidak berpikir jauh bagaimana dampak jika video yang direkam viral, apakah akan memberi efek negatif atau positif pada orang di dalamnya.

"Mungkin ingat, dua tahun lalu pandemi itu sering viral sosok ibu-ibu atau bapak-bapak yang terekam sedang marah atau mengumpat berkata-kata kasar ke seorang kurir, ke seorang karyawan," ucapnya dalam press conference film Budi Pekerti di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Senin, (30/10/2023).

"Video itu besoknya langsung jadi meme, jadi parodi, dan dihujat netizen, 'Ah ini nggak punya budi pekerti, kok kelakuannya gitu sih, kok orang lain nggak sopan banget', dan banyak netizen yang menuntut permintaan maaf dari sosok yang diviralkan itu," tambahnya.

"Tapi dari media sosial, kehidupan mereka pribadi juga terganggu, bahkan sampai ada yang nggak tahan tinggal di rumah karena tetangga ikutan mem-bully, ada yang harus keluar kerja karena karyawan-karyawannya nggak nyaman dengan keberadaannya," terang Wregas.

Baca Juga: Sinopsis Film Budi Pekerti, Guru BK Perempuan yang Tersangkut Kasus Video Viral

Kaya Akan Unsur Semiotik

Film Budi Pekerti jadi makin menarik untuk ditonton karena Wregas Bhanuteja memasukkan banyak unsur semiotik di dalamnya. Tiap warna, benda, bahkan adegan di dalamnya punya arti tersendiri.

Contohnya adalah warna kuning kecokelatan yang akan banyak Kawan Puan temukan di film ini, dari seragam Bu Prani, masker di sekolah, helm, otopet, dan lain-lain. Warna kuning ini ternyata terinspirasi dari warna buku PMP zaman dulu.

Wregas Bhanuteja memilih warna kuning dari buku PMP zaman dulu karena buku PMP erat kaitannya dengan budi pekerti, guru, dan sekolah yang banyak dibahas dalam film.

Di samping itu, ring light yang ditampilkan dalam poster utama film Budi Pekerti juga punya makna semiotik yang diciptakan oleh Wregas Bhanuteja.

Ring light yang digunakan oleh Muklas untuk membuat konten video itu diartikan sebagai hantu yang terus mengikuti dan menghantui keluarga Bu Prani selama videonya viral dan kariernya terancam.

Sumur pun dimaknai sebagai tempat berkumpul keluarga Bu Prani, di mana ada banyak kegiatan yang keluarga Bu Prani lakukan di sana. 

Wregas juga menggunakan kejadian-kejadian asli yang terjadi selama pandemi, misalnya otopet yang ramai digunakan di Yogyakarta, ibu-ibu senam dengan lagu remix, hingga sosok gurunya di masa sekolah yang jadi inspirasi tokoh Bu Prani.

Film Budi Pekerti punya pesan yang sangat penting dan mendalam akan fenomena masa kini di mana banyak orang merekam dan memviralkan kejadian di sekitar ke media sosial.

Baca Juga: Rilis Teaser Jelang Tayang di TIFF 2023, Film Budi Pekerti Soroti Fenomena Sosial Masa Kini

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru