"Ya biasalah produk yang udah dianggap laku pasti tiruannya banyak," ujarnya.
Menurutnya, kini semakin banyak produk tiruan dibuat dengan menggunakan komputer.
"Sementara kan kita kan memberdayakan manusia, bukan memberdayakan komputer," papar Vielga.
Setelah ia mengetahui bahwa produknya ditiru dengan menggunakan komputer, Vielga pun mengaku merasa sedih.
"Pada saat itu kita ngerasa, tujuan utama kita untuk melestarikan bordir manual dengan tenaga manusia itu agak sedih. Kok digantikan dengan tenaga komputer," lanjutnya.
"Itu aja agak-agak ngerasa kurang adil, harganya juga jatuh," imbuhnya.
Meski begitu, Vielga mengaku bahwa konsumen yang sudah tahu kebaya bordir tidak akan membeli kebaya tiruan.
"Tapi memang sih, kalau orang yang sudah tahu bordiran itu enggak akan beli (yang tiruan). Cuma ya kadang kita ngerasa ya gimana ya, enggak fair aja," ucapnya dengan kecewa.
Baca Juga: Imaniar Rizki, Srikandi untuk Negeri Pendiri Tab Space Studio Seniman Disabilitas