Disarankan oleh Foley, daripada memikirkan bagaimana memperpanjangkan siklus hidup pakaian, masyarakat justru perlu mengubah gaya hidup tentang bagaimana menggunakan pakaian.
“Kita perlu mendorong masyarakat untuk terus (memakai) pakaian-pakaian ini (sehingga kita mengurangi konsumsi pakaian baru)," paparnya.
"Namun (memakai pakaian kita lebih lama) tidak akan membuat kita kembali ke masa lalu dan secara retrospektif menghapus emisi karbon tersebut,” tambahnya lagi.
Menurut Foley, tidak mengikuti tren belanja bisa jadi salah satu solusi untuk menghindari fast fashion.
Kendati demikian ia mengingatkan bahwa membeli baju bekas tanpa disadari akan menjerumus kita kembali dalam siklus tren fast fashion.
“Gen Z mengonsumsi fast fashion pada tingkat yang mengkhawatirkan… baik itu produk baru, bekas, diambil dari teman, toko tukar tambah, atau penjualan kiloan," ujar Foley mengingatkan.
Hal ini dikarenakan generasi Z dinilai oleh Foley masih ingin memakai pakaian yang sedang tren.
Padahal menurutnya, memperlambat konsumsi pakaian perlu jadi prioritas, terlepas apakah kita kita membeli baju baru atau bekas.
Hal ini juga dibuktikan dari temuan UN Environment Programme yang menemukan bahwa frekuensi pemakaian suatu pakaian telah menurun sekitar 36 persen dalam 15 tahun terakhir.
Baca Juga: Dilarang Pemerintah, Ini Dampak Buruk Thrifting Baju Bekas Impor Ilegal