Parapuan.co - Biasanya, denim adalah salah satu jenis bahan yang membutuhkan proses produksi panjang dan menghasilkan limbah yang banyak.
Maka tak heran jika denim kerap dikategorikan sebagai material yang tidak ramah lingkungan.
Namun, stigma tersebut dipatahkan oleh jenama model lokal yang fokus pada konsep slow fashion, Sejauh Mata Memandang (SMM).
Komitmen untuk menghadirkan denim yang ramah lingkungan diwujudkan oleh SMM melalui koleksi bertajuk “Tarum”.
Sebagai informasi, tarum adalah tumbuhan indigo (Indigofera tinctoria), yang menghasilkan warna biru.
Warna biru ini turut mendominasi total 17 look dari koleksi denim yang diluncurkan pada ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2024.
“Saya sudah lama tertarik untuk mengeksplorasi denim, namun terkendala dengan proses yang pada umumnya menggunakan banyak air dan energi sehingga kurang ramah lingkungan," tutur Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang.
Maka dari itu, guna mewujudkan mimpinya untuk mengeksplorasi denim yang lebih ramah lingkungan Chitra bersama tim SMM bermitra dengan para penenun untuk menghasilkan pakaian yang positif bagi alam nature positive melalui koleksi Tarum.
“Tarum adalah eksplorasi lanjutan dari koleksi Daur, di mana saat mendesain kami juga memikirkan hasil akhir produk, penggunaan air yang sangat minim, serta lebih ramah lingkungan,” tambahnya.
Baca Juga: Apakah Membeli Baju Bekas Fast Fashion Bisa Menyelamatkan Lingkungan?
Terdapat empat jenis benang yang digunakan dalam pembuatan denim koleksi “Tarum”.
Di antaranya benang daur ulang (recycled yarn), benang katun yang dipintal secara manual dengan tangan (handspun yarn), serta dua benang katun yang masing-masing diwarnai menggunakan tumbuhan tarum yang menghasilkan rona kebiruan dan juga kayu secang yang secara manis menghasilkan warna coklat kemerahan.
Benang-benang yang terbuat dari material daur ulang tersebut ditenun menjadi kain denim menggunakan teknik penenunan tangan (handwoven) yang ditandai dengan adanya jahitan garis benang merah selvedge.
Keseluruhan proses pemintalan benang, pewarnaan benang, dan penenunan ini dilakukan oleh mitra pengrajin SMM di beberapa tempat di Jawa Tengah.
“Kami memproduksi 40 meter kain denim untuk koleksi Tarum ini, di mana sebelum proses penenunan dimulai, sejumlah tahap persiapan perlu dilakukan, antara lain menggulung benang, mewarnai, menghani, dan pencucukan yang keseluruhan prosesnya memakan waktu 12 hari," ujar Mugi, mitra penenun SMM di kota Pekalongan yang terlibat dalam proses penenunan.
Kemudian, prosesnya pun masuk ke penenunan, pencucian dan pengeringan selama dua hari, serta satu hari tambahan untuk pengendalian mutu.
"Untuk proses pewarnaan benang, kami menggunakan pewarna nabati dengan teknik pencelupan tangan (hand-dye) sebanyak 14 kali, menggunakan satu liter air untuk tahap pewarnaan dan satu liter air untuk tahap pencucian. Cairan pewarna nabati dan air cucian ini bisa digunakan berulang-ulang sampai habis sehingga tidak menyisakan limbah,” tambahnya.
Benang daur ulang yang dipakai pun diperoleh dari program pengumpulan pakaian bekas tidak layak pakai yang dilakukan oleh SMM bersama EcoTouch.
Baca Juga: Sentil Isu Konservasi Alam, Sejauh Mata Memandang Rilis Koleksi Terbatas Bertajuk Rimba
Program ini berjalan sejak tahun 2021 lalu, dan sampai bulan Agustus 2023 telah terkumpul 23,8 ton pakaian yang kemudian diproses oleh EcoTouch di Bandung.
SMM yang konsisten menghadirkan koleksi busana dengan inspirasi budaya Indonesia, kini turut menghadirkan deretan busana unisex yang didominasi oleh tenun.
Selain kebaya, terdapat pula sarung, kutang, celana, kemeja, hingga jaket yang sebagian ditambahkan aksen motif khas SMM dan sentuhan renda katun yang apik.
Sejumlah patchwork kain perca dari koleksi Daur (upcycle) juga tampak menghiasi beberapa busana yang diluncurkan.
Sebagai pelengkap busana, SMM juga berkolaborasi dengan Sepatu Compass dan Marista Santividya untuk alas kaki, perhiasan dari LITANY, serta tas dari Sakombu.
(*)
Baca Juga: IN2MF 2023 Tekankan Konsep Sustainability dengan Wastra Nusantara