Parapuan.co - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) berkolaborasi dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) dan Organisasi Aksi Solidaritas Kabinet Kerja (OASE) akan gelar acara Cerita Nusantara pada Selasa (28/11/2023) di Cendrawasih Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
Panggung Cerita Nusantara bertemakan Unveiling the Story of Indonesia Artistry ini menjadi momentum bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk memanfaatkan Rumah Produksi Bersama (RPB) atau Factory Sharing guna memproduksi wastra dan kriya melalui dukungan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Klaster.
Dalam konferensi pers Cerita Nusantara di Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta pada Kamis (24/11/2023), MenKopUKM Teten Masduki menyatakan pengembangan RPB yang dibangun dengan standar industri untuk mengelola UMKM secara terpadu didukung pembiayaan dari KUR Klaster ini perlu disokong dengan momentum seperti acara Cerita Nusantara.
"Secara megah acara ini menampilkan ide-ide brilian, inklusivitas dalam keragaman, daya saing ekosistem lokal, karya seni rupa, kerajinan tangan, tekstil, juga inovasi digital, setelah melalui perjalanan panjang dari tanah Indonesia hingga panggung internasional," terang Teten.
Teten menjelaskan dalam panggung Cerita Nusantara ini, pemerintah mengapresiasi setinggi-tingginya setiap ekosistem kriya dan wastra yang telah bersinar, berjejaring, dan berhasil lebih jauh membawa karya terbaik dan kisah memukau dari Nusantara.
Menurutnya acara-acara seperti Cerita Nusantara diperlukan untuk mengoptimalkan berjalannya konsep rumah produksi bersama yang memang hadir untuk para pelaku UMKM.
Tujuannya supaya pelaku UMKM lebih mudah mengelola bahan mentah menjadi produk jadi secara bersama sehingga kontinyuitas produk juga terjaga.
"Pada awalnya rumah produksi bersama dihadirkan untuk membuat produksi lebih mudah dalam skala massal dan menciptakan standar tinggi, ketika sudah berjalan lebih dari satu semester, terlihat ada dampak positif lainnya setelah rumah produksi bersama hadir," imbuh Teten.
Rumah Produksi Bersama secara nasional ditargetkan mencapai 18 titik sampai 2024.
Baca Juga: Dukung UMKM Wastra dan Kriya, KemenKopUKM Akan Gelar Cerita Nusantara 2023
Selain meningkatkan kinerja UMKM, RPB diharapkan mampu mendorong praktik UMKM hijau.
Contoh RPB yang Sudah Terlaksana
Dari beberapa RPB yang diinisiasi oleh KemenKopUKM, salah satunya RPB Kulit Garut yang berlokasi di Jawa Barat, bertujuan untuk memperkuat hilirisasi produk fesyen berbasis kulit domba asal Garut.
Di samping itu, KemenKopUKM akan bekerja sama dengan pihak lain, terutama dengan para desainer produk-produk kulit, agar sumber daya manusia di Jawa Barat semakin berkembang.
"Saya bersama desainer Poppy Dharsono dan Bupati Garut akan mengembangkan hilirisasi produk kulit asli Garut, agar kualitas produknya jauh lebih baik," ucap Teten.
RPB Kulit Garut diharapkan mampu memfasilitasi para pelaku usaha mikro untuk membuat produk-produk kerajinan dari kulit, misalnya sepatu dan aksesori.
KemenKopUKM juga membangun RPB Bambu di Manggarai Barat, Labuan Bajo sebagai penghasil bambu.
Bambu-bambu yang ada nantinya akan dipilah dan dimanfaatkan untuk berbagai produk seperti kemasan pengganti plastik, furnitur, bahan bangunan untuk rumah, hotel, restoran, sampai sepeda bambu.
Baca Juga: 6 Strategi Menyukseskan Ide Usaha Jelang Akhir Tahun bagi Pelaku UMKM
Selanjutnya ada RPB di Sukoharjo Jawa Tengah, yang mana sebagian besar warganya mengandalkan pembuatan kerajinan rotan sebagai mata pencaharian utama.
RPB ini menjadi upaya untuk mengatasi beragam permasalahan UMKM perajin rotan, seperti masalah bahan baku furniture dan kerajinan, sekaligus menguatkan UMKM dari sisi hulu, produk, pemasaran, hingga kelembagaan.
KUR Klaster
Perlu diketahui, pengembangan RPB didukung kemudahan dalam akses pembiayaan yang dapat diterapkan oleh sebuah ekosistem bisnis yakni melalui KUR Klaster.
Jadi, pelaku UMKM yang tergabung dalam ekosistem atau klaster memiliki manfaat kolektif untuk mengakses pembiayaan dan akses pasar untuk meningkatkan skala ekonomi.
Hal tersebut pula yang dapat diterapkan oleh ekosistem atau klaster dalam industri fesyen, yang mana industri fesyen memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia.
Tercatat, 18 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional berasal dari sektor ini, bahkan industri fesyen juga menyumbang 66 persen dari total nilai ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia.
Misalnya salah satu ekosistem fesyen yang sudah berkembang stabil di Indonesia adalah Jakarta Clothing Expo (Jakcloth).
Maka dari itu, Teten Masduki berharap agar Jakcloth bisa mengakses pembiayaan KUR Klaster, setiap orang dapat mengakses pembiayaan hingga Rp500 juta.
"Tentu harus ada badan hukumnya yaitu koperasi. Saya ambil contoh di Bali ada toko oleh-oleh Krisna, di dalamnya ada pemasok barang dagangannya sekitar 360 UMKM, mereka itu lalu membentuk koperasi dan lantas dihubungkan dengan KUR klaster. Jadi, nanti para tenant Jakcloth bisa mengambil itu juga. Pengalaman selama 14 tahun dan 30 event dalam setahunnya itu sudah menunjukkan bahwa produksinya stabil. Jadi nanti kita coba Jakcloth menjadi bagian KUR klaster," terangnya.
Ia mengingatkan produsen pakaian dalam negeri untuk terus mengembangkan produknya, mengingat gaya hidup dalam busana itu cepat sekali berubahnya atau sangat dinamis.
Sampai dengan April 2023, telah terealisasi KUR Klaster Berbasis Rantai Pasok sebesar Rp538,7 miliar kepada 50 Klaster dengan anggota klaster sebanyak 5.310 UMKM oleh 9 Penyalur KUR.
Teten pun berharap, lembaga keuangan dapat memperluas skema KUR Klaster.
Secara total ekspektasi yang akan ikut dalam penyerahan KUR Klaster Berbasis Rantai Pasok sebesar Rp1,34 triliun yakni 117 klaster dengan anggota klaster sebanyak 15.776 UMKM.
"Untuk itu, upaya-upaya terobosan, termasuk melalui program KUR Klaster Berbasis Rantai Pasok penting dijalankan sebagai bagian dari upaya meningkatkan akses penyaluran kredit bagi pelaku ekonomi kerakyatan," tutup Teten.
Baca Juga: Ingin Coba Ide Usaha Franchise? Ini Rekomendasi Paket Bisnis Kuliner
(*)