"Kenyataan ini membuktikan bahwa ada baiknya perempuan serta orang-orang di sekitarnya tidak meremehkan menopause karena jika tidak ditangani dengan tepat bisa membahayakan perempuan," terang dr. Yeni.
Oleh sebab itu, jika mengalami gejala dan efek yang berat sebelum, saat, dan setelah menopause, dr. Yeni pun menyarankan untuk terapi seperti:
- Terapi hormon estrogen yang menurutnya paling efektif untuk meredakan hot flashes menopause serta memperbaiki beberapa fungsi tubuh.
"Penelitian terkini membuktikan bahwa pengobatan hormon relatif aman bila diberikan topikal melalui kulit, selaput lendir atau vagina," kata dr. Yeni.
- Terapi vaginal estrogen untuk mengatasi vagina kering.
- Terapi antidepresan dosis rendah, Gabapentin, Clonidine, Fezolitenant, dan pengobatan yang berkaitan langsung dengan gejala penyakit yang muncul.
Meskipun terapi hormon untuk keluhan menopause merupakan pengobatan utama, namun dr. Yeni menyarankan untuk dilakukan skrining terlebih dahulu untuk mengetahui apakah ada potensi kanker atau tidak di dalam tubuh.
"Sebelum memutuskan pengobatan apapun, perempuan harus tahu bahwa risiko perubahan tubuh dan risiko timbulnya penyakit akibat menopause harus tetap dicegah terlebih dahulu dengan kebiasaan hidup sehat seperti berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bernutrisi sehat dan gizi seimbang, dan menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok dan minum miras," tegas dr. Yeni.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menganjurkan perempuan harus rutin olahraga 150 menit per minggu untuk membantu mengurangi resiko gangguan mental yang juga kerap timbul akibat menopause.
Baca Juga: Berisiko Pasca Menopause, Ini 5 Langkah Cegah Osteoporosis bagi Perempuan
(*)