Baca Juga: Makin Laris di Akhir Tahun, UMKM Kuliner Online Bisa Manfaatkan Ini
Sumber permodalan lebih bervariasi, salah satunya peer-to-peer lending (P2P) yang mekanismenya dapat menjangkau masyarakat yang tidak memiliki akses pinjaman ke bank.
“Sebagai gambaran, menurut data AdaKami, ada 3,3 juta nasabah Indonesia yang sudah menjawab cita-cita untuk mengakses permodalan untuk berbagai kebutuhan, termasuk wirausaha,” ungkapnya.
Setiap tahun, angka credit gap di Indonesia sendiri mencapai Rp 1.600 triliun. Artinya, masih banyak masyarakat yang belum terjangkau oleh akses pinjaman dari perbankan.
“P2P menggunakan data point yang berbeda dari perbankan, salah satunya bebas jaminan. Dengan memanfaatkan teknologi, algoritma aplikasi bisa membaca dan menilai untuk kemudian menentukan credit score dan integritas kemampuan bayar nasabah,” jelas Dino.
Harapan pria kelahiran Sulawesi Utara tersebut, kehadiran teknologi finansial dapat membantu memperkecil credit gap dan membantu pengusaha yang unbankable untuk memperoleh modal untuk menggerakkan usahanya.
Baca Juga: Sebelum Menjalankan Ide Usaha, Pelaku UMKM Wajib Punya 7 Skills Ini
Pertumbuhan wirausaha kunci menyongsong Indonesia Emas 2045
Selain menunjang kesejahteraan ekonomi masyarakat, Bernardino mengatakan bahwa wirausaha juga dapat menjadi kunci kekuatan ekonomi Indonesia, khususnya dalam menyongsong target Indonesia Emas 2045.
Saat ini, Indonesia beruntung karena memiliki bonus demografi, di mana setengah dari total penduduknya berada di usia produktif. Momen ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk meningkatkan target pendapatan per kapita dari 5.000 dollar AS menjadi 15.000 dollar AS.
“Pertumbuhan ekonomi harus terus didongkrak. Kalau tidak, kita akan terus terjebak dalam middle income trap, (atau) akan menjadi negara berpendapatan menengah terus,” ujar Bernardino.
Di sisi lain, Bernardino mengungkapkan, Indonesia memiliki waktu setidaknya sampai 2045 untuk mewujudkan hal tersebut. Sebab, setelah tahun 2045, generasi muda saat ini sudah menua sehingga jumlah penduduk usia produktif menurun. Waktu yang dimiliki oleh Indonesia tidak banyak untuk memanfaatkan potensi bonus demografi itu.
“Di Kadin, kami punya tugas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satunya mengelola jenis investasi yang masuk. Jenis investasi tersebut harus punya dampak positif terhadap perekonomian di sekitar (wilayah tempat sebuah industri berada),” kata Dino.
Baca Juga: UMKM Perempuan Bagi Tips Produk Ide Usaha Memikat Konsumen Luar Negeri
Dia mencontohkan, investasi pada hilirisasi industri di Indonesia. Misalnya, investasi diberikan pada sebuah pabrik pengolahan baja antikarat. Nilai investasi tersebut harus dapat terkonversi menjadi alat berat yang membantu industri, sekaligus peningkatan skill sumber daya manusia lokal dengan kehadiran teknologi baru.
Tak hanya itu, investasi pada hilirisasi industri harus bisa memberi multiplier effect berupa perkembangan UMKM di sekitar industri, baik yang merupakan industri sampingan maupun yang terlibat dalam rantai pasok hilirisasi industri. Investasi, menurut Dino, mesti memiliki dampak sebesar itu untuk dapat dikatakan bernilai.
“Dampak dari investasi, akan muncul banyak industri sampingan di sekitarnya, seperti tukang besi, vendor, atau supplier. Masyarakat sekitarnya punya kesempatan untuk mendirikan usaha-usaha tersebut. Itu yang kami harapkan,” kata Bernardino.
Selain investasi, hilirisasi juga menjadi salah satu program utama yang diusung untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia. Dengan adanya hilirisasi, tuntutan sumber daya manusia (SDM) yang andal akan meningkat. Pada akhirnya, sektor pendidikan akan ikut terpacu untuk tumbuh.
“Sebagai contoh, hilirisasi dari industri yang bisa kita lakukan saat ini adalah net zero emission. Kami berharap kreativitas dunia usaha di sektor UMKM juga bisa mengambil peran di industri ini. Misalnya, bisa membuat suatu produk yang ramah lingkungan sehingga bisa dijual atau bisa juga dengan mempelajari kendaraan zero emission sehingga akan tumbuh bengkel-bengkel yang dapat menangani,” ujarnya.
Selain itu, Bernardino mengajak generasi muda untuk berpartisipasi dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 demi memperoleh kehidupan yang lebih baik dan sejahtera di masa depan.
“Saya berani mengatakan bahwa masa depan Indonesia harus generasi muda yang menentukan. Jangan berharap pada generasi yang sudah (berusia) lanjut. Kalau bukan generasi muda, siapa lagi?” tutup Bernardino.