Parapuan.co - Pemahaman atau literasi tentang iklim penting bagi kehidupan manusia.
Hal tersebut dipaparkan oleh Najelaa Shihab selaku pendidik dan founder beberapa platform pendidikan seperti Keluarga Kita dan Semua Murid Semua Guru di acara BBB Book Club di Twin House Blok M, Jakarta, Sabtu, (13/1/2024).
"Kalau kita ngomong literasi, literasi itu alat ya, bukan tujuan. Jadi kenapa sih, kita baca buku, yakin bahwa literasi yang tinggi itu jadi pondasi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh anak-anak kita di masa depan," papar Najelaa.
Menurutnya, kemampuan literasi menjadi alat untuk manusia bisa menyelesaikan masalah.
"Bukan cuma thinking skill atau kemampuan untuk berpikir tinggi, tapi (literasi) juga kemampuan sosial yang tinggi, relasi yang baik pada diri sendiri dan orang lain," lanjutnya.
Berbicara tentang alam, Najelaa pun menegaskan pentingnya literasi iklim.
Menurutnya, literasi tentang krisis iklim itu esensial karena ada beberapa hal yang perlu diketahui yakni sebagai berikut.
Pemahaman tentang Krisis Iklim Tak Datang Otomatis
"Sesederhana mengamati pola hujan di Bogor, tapi itu muncul karena literasi yang tinggi," papar Najelaa.
Baca Juga: Ini Bukti Perempuan Jadi Korban Paling Terdampak dari Masalah Krisis Iklim
Menurutnya, orang yang punya literasi memiliki kebiasaan untuk observasi, mengambil kesimpulan, dan mengaitkan satu peristiwa ke peristiwa lain.
Najelaa memaparkan kalau semua orang yang tinggal di suatu daerah yang sama belum tentu paham akan krisis iklim.
Literasi iklim menurut Najelaa bisa diajarkan baik di sekolah, tapi juga di rumah.
"Saya percaya banget bahwa sekolah, pendidikan, itu tuh tools yang amat sangat penting. Jadi selain di rumah masing-masing kita memang menyampaikan ada krisis iklim, kita juga make sure jadi bagian yang penting bagi proses pendidikan," terangnya.
Literasi Iklim dan Kemampuan untuk Menyelesaikan Masalah
"Yang kedua pada saat ngomongin literasi sebenarnya kemampuan untuk menyelesaikan masalah, kemampuan untuk melihat bahwa kita tuh harus punya pemahaman bahwa ini semua sistem yang saling terkait," jelas Najelaa.
Ia memaparkan bahwa literasi iklim tak hanya berdampak pada umur kita hidup, tapi berkaitan dengan sistem yang jauh lebih besar dari panjangnya usia.
"Nah, pemahaman tentang kemampuan berpikir dalam sistem itu munculnya kalau orang punya literasi yang tinggi," ungkapnya.
Baca Juga: Pangan Indonesia Terancam Punah, Sejauh Mata Memandang Hadirkan Pameran Kedai Kita
Hubungan Literasi dan Kemampuan Mengendalikan Emosi
"Kalau kita ngomong literasi, literasi tak hanya menuntut kita soal sistemik, tapi bisa menuntut kita untuk bisa mengendalikan emosi," imbuh Najelaa.
"Dan setiap kita ngomong krisis iklim itu tuh anxiety (kecemasan) tuh tinggi banget," tambahnya.
Meski mengalami kecemasan, Najelaa menyatakan orang dengan literasi tinggi akan memiliki aksi untuk mengatasi krisis iklim.
"Lagi-lagi bisa lewat literasi, kita bisa baca berbagai inovasi yang sedang terjadi, kita bisa jadi problem solver," katanya.
Bahkan dengan literasi, orang tua bisa mendorong anak untuk mengambil peran dalam krisis lingkungan.
Najelaa mencontohkan orang tua mendorong anak menjadi bagian research and development dan ahli-ahli dalam bidang teknologi.
"Cara menyelesaikan masalah ini ya dengan melakukan aksi melakukan inovasi, dengan menari tahu solusi efektif jangka pendek dan jangka panjang," paparnya.
"Saya yakin bahwa literasi, membaca buku, mendiskusikan apa yang kita baca itu metode yang amat sangat efektif nbuat pendidikan, baik pendidikan di sekolah maupun di rumah," pungkasnya.
Baca Juga: Sinopsis Series Extrapolations, Dampak Perubahan Iklim di Masa Depan
(*)