Fiktofil sangat menyadari bahwa karakter yang mereka cintai bersifat fiksi, tetapi mereka tetap mendambakannya.
Hal tersebut membawa fiktofil kepada terciptanya perasaan sedih dan ketidaknyamanan karena perasaan tersebut tidak mungkin mendapatkan balasan.
Namun, para fiktofil cenderung berfantasi bahwa karakter fiksi itu membalas perasaan dan memberikan respons yang nyata.
Padahal, sebetulnya hal tersebut tidaklah betul dan dapat membuat fiktofil terlalu asik dengan dunianya sendiri.
2. Terlibat secara Mendalam dengan Karakter Fiksi
Untuk meningkatkan kedekatan dengan si karakter, fiktofil cenderung akan hanyut dalam lamunan fantasi.
Tak jarang, fiktofil malah menuliskan kisah yang berpusat pada si karakter fiksi tersebut.
Sebagai representasi nyata, keterlibatan ini juga bisa membawa mereka untuk membeli pakaian atau barang lainnya yang berhubungan dengan si karakter.
Keterikatan ini juga membuat mereka mampu memilih karakter mana yang ingin difantasikan sesuai dengan gaya fiktofil itu sendiri.
Baca Juga: Apa itu Peter Pan Syndrome? Istilah Kondisi Psikologis Viral di TikTok