Dessy pun mengungkapkan bahwa untuk membangun kepercayaan diri itu, perempuan harus siap salah. Hal ini berdasarkan pengalamannya bekerja di bidang science, technology, engineering, and mathematics (STEM).
"Kita bisa masuk ke dalam ruangan dan merasa sudah meriset sebelumnya tapi masuk ke dalam ruangan juga harus dalam pikiran terbuka dan ingin belajar dari orang lain di meja tersebut," ucapnya.
Perasaan ingin tahu pun harus terus dimiliki oleh perempuan saat berada di tempat kerja karena menurut Dessy ada banyak sekali perubahan kondisi yang terjadi.
"Lalu, percayalah bahwa kamu tidak perlu merasa terintimidasi dengan adanya kultur-kultur yang kuno atau apapun," tambahnya.
Lebih lanjut, Dessy mengatakan bahwa kepercayaan diri dalam perempuan bisa ditumbuhkan sendiri sebenarnya, namun jika tidak ada, itu bisa ditumbuhkan melalui support system yang baik.
Support system yang ia maksud bisa jadi di lingkungan kerja maupun di luar lingkungan kerja saat perempuan berjejaring dengan orang-orang lebih luas.
Johanna Gani, CEO Grant Thornton pun mengatakan bahwa perempuan harus percaya diri di tempat kerja karena potensi yang dimiliki akan mendatangkan profit untuk perusahaan.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara karyawan laki-laki dan perempuan demi menghasilkan keuntungan yang lebih baik. Oleh karena itu, perempuan harus percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki.
"Kalau ini gabung, antara perempuan dan laki-laki, biasanya profitnya lebih oke dibandingkan hanya dilakukan hanya sama perempuan atau laki-laki saja," jelasnya.
"Dengan mengangkat tema Women's Confidence in the Face of Inclusivity, saya berharap acara pada hari ini dapat memberikan inspirasi, wawasan, dan strategi yang dapat membantu para perempuan di Indonesia memperkuat kepercayaan diri dan bersama-sama mendorong perubahan positif dalam budaya kerja kita," pungkasnya.
Baca Juga: 9 Strategi Promosi Ide Usaha Manfaatkan Momen International Women's Day
(*)