Rupanya, penelitian tersebut juga sudah pernah diajukan oleh Dr. Widi dalam program L’Oreal-UNESCO for Women in Science di tahun yang sama, namun belum berhasil mendapatkan dana hibah.
“Saat itu usulan research saya masih eksplorasi komponen aktif beragam bunga edible sebagai basis bahan pangan fungsional,” cerita Dr. Widi saat wawancara eksklusif dengan PARAPUAN (15/3/2024).
Kendati pun belum mendapatkan pendanaan, ia tetap melanjutkan penelitian terhadap berbagai jenis edible flower.
Mulai dari edible flower seperti bunga hias (rosela, telang, mawar) maupun bunga dari pohon berbuah (pisang).
“Akhirnya didapatkan beragam komponen aktif yang unik di masing-masing jenis bunga, kurang lebih 30-an jenis bunga edible yang juga sudah kami laporkan publikasinya di lima paper jurnal internasional bereputasi sejak tahun 2018 itu,” cerita Dr. Widi.
Dari sampel bunga pisang yang dikumpulkan, barulah kemudian ditemukan adanya banyak komponen bioaktif antidepresan.
“Ini jumlahnya sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari yang biasa dikonsumsi masyarakat global yang mengonsumsi chamomile untuk penenang. Ini di bunga pisang levelnya lebih tinggi, sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan fungsional, untuk kesehatan mental,” jelas Dr. Widi lagi.
Riset yang spesifik membahas komponen bioaktif dari bunga pisang inilah yang akhirnya membawa Dr. Widi sebagai pemenang dana hibah pada L’Oreal-UNESCO for Women in Science 2023.
Dan kini, dari penelitian yang sudah berjalan 30 persen tersebut, dipaparkan oleh Dr. Widi bahwa sudah bisa mengidentifikasi komponen antidepresan dan komponen terkait yang ada di bunga pisang.
Baca Juga: Bentuk Dukungan L'Oreal dan UNESCO pada Peneliti Perempuan di Indonesia