“Tim kami juga sudah mendapatkan komposisi pelarut dan kondisi ekstraksi yang tepat untuk mengambil komponen-komponen tersebut dari bunga pisang. Kalau saat ini sedang persiapan pengujian dosis untuk penentuan kadar ekstrak dari bahan kering bunga pisang yang efektif dalam menjaga kesehatan mental,” jelas Dr. Widi.
Selanjutnya, nanti akan mengembangkan produk pangan fungsionalnya hingga hilirisasi produksi melalui kolaborasi dengan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Yogyakarta dan sekitarnya.
“Nantinya goal akhir riset ini tim kami ingin dapat menyediakan pangan fungsional yang available di market untuk menjaga kesehatan mental masyarakat,” tambahnya lagi.
Bukannya tanpa alasan, menurut Dr. Widi, pemanfaatan bunga pisang sebagai bahan pangan fungsional akan berpeluang manis.
Terlebih lagi di Indonesia, sebagai tempat yang subur tumbuhnya pohon pisang dan memiliki banyak varietas.
“Varietas (pisang) sangat beragam. Yang kita periksa baru tujuh, padahal kita punya banyak sekali. Sudah kita kumpulkan lagi enam varietas lain dan mungkin akan lebih bertambah lagi,” jelasnya.
Tak terbayangkan jika nantinya penelitian ini selesai, akan ada banyak masyarakat Indonesia yang terbantukan untuk menjaga kesehatan mentalnya.
Yaitu melalui pangan fungsional dari bunga pisang yang mudah ditemui di lingkungan sekitar kita.
Baca Juga: Hari Internasional Perempuan dan Anak Perempuan dalam Sains: Sebuah Upaya untuk Kesetaraan Gender
Harapan Memberdayakan Perempuan
Kemenangan Dr. Widiastuti dalam program L’Oreal-UNESCO for Women in Science 2023 ini ia maknai lebih dari sekadar menerima dana hibah untuk penelitiannya.
Ada harapan pemberdayaan yang ingin ia wujudkan dengan menjadi pemenang dalam program yang telah dilakukan oleh L’Oreal dan UNESCO sejak 2004 ini.
“Platform L’Oreal-UNESCO for Women in Science ini kan prestise sekali, sehingga dengan mendapatkan dana hibah, semoga saya bisa memberikan inspirasi kepada perempuan muda peneliti, spesifiknya di lingkungan kampus yang dekat dengan saya untuk bisa lebih produktif dalam berkarya,” harap Dr. Widi.
Selain itu juga, melalui dana hibah yang diberikan dapat menunjang pelaksanaan riset yang nanti juga dikerjakan tim peneliti, yang mana proporsi perempuan penelitinya cukup banyak, sehingga ini bisa menjadi sarana pengembangan diri mereka.
“Lebih jauh lagi, nantinya saat implementasinya, juga akan melibatkan banyak partisipasi perempuan dalam pengembangan dan produksi pangan fungsional untuk masyarakat,” tutupnya.
(*)