Parapuan.co - Kawan Puan, emosi bukan hanya luapan perasaan saat kita merasa bahagia, takut, kecewa, sedih, dan sebagainya.
Pada anak yang masih di bawah lima tahun (balita), emosi dapat mengendalikan perilaku dan akan menentukan karakter ketika mereka dewasa.
Untuk itu, orang tua perlu mengenali emosi dan membantu anak meregulasi emosinya sejak usia balita.
Bahkan, hal tersebut wajib dilakukan orang tua di dua tahun pertama usia anak untuk membentuk karakternya saat tumbuh dewasa kelak.
Bagaimana memahami emosi anak? Ketahui caranya seperti dirangkum PARAPUAN dari buku "50 Aktivitas Mengasah Emosi Anak" yang ditulis Kusumastuti!
Pola Perkembangan Emosi Anak
Emosi anak dapat berkembang menjadi motivasi, yang lambat laun menjadi kebiasaan.
Kebiasaan pada akhirnya akan membentuk sebuah karakter yang melekat pada diri seseorang sampai ia dewasa.
"Dari emosi anak yang hanya luapan sesaat, menjadi karakter diri yang sifatnya menetap selamanya ketika dewasa," tulis Kusumastuti.
Baca Juga: 4 Perilaku Menyebalkan Balita, Ternyata Ini yang Coba Mereka Ungkapkan
Oleh karenanya menurut Kusumastuti, penting bagi orang tua membantu mengatur keseimbangan emosi anak semenjak usia balita.
Orang tua dapat membantu agar anak bisa melatih emosinya menjadi lebih seimbang.
Emosi yang Dirasakan Anak Sejak Bayi
Sejak lahir, bayi sudah dapat merasakan emosi bahagia, sedih, takut, dan marah.
Akan tetapi, mereka baru bisa mengomunikasikannya dengan sedikit cara, salah satunya menangis saat takut, sedih, dan marah.
Seiring berjalannya waktu, bayi tumbuh menjadi balita dan jumlah emosi yang dirasakan bertambah.
Mereka mungkin merasa kecewa, kesal, lelah curiga, panik, penasaran, dan masih banyak lagi.
Namun, di usianya tersebut anak balita belum dapat menyampaikan dan meregulasi emosi mereka.
Anak balita hanya tahu mereka merasakan sesuatu yang mungkin meledak-ledak, tetapi tidak mengerti emosi apa yang dirasakan dan bagaimana meluapkannya.
Baca Juga: 5 Pink Flag Perilaku dan Emosi Pada Anak yang Sebaiknya Tidak Diabaikan
Hal penting yang wajib ditanamkan pada diri orang tua adalah, tidak memberi label pada emosi balita sebagai benar atau salah.
Setiap emosi yang dirasakan anak adalah sah dan patut dihargai. "Jangan takut dengan emosi," ungkap Kusumastuti.
"Masalahnya bukan di emosi, melainkan alasan emosi itu ada. Setiap emosi itu penting dan patut dihargai," tambahnya.
Ada Apa Saat Usia Anak Dua Tahun
Di dua tahun pertama usia anak, jalur saraf utama mereka sudah terbentuk. Pada tahap ini, otak mereka seperti spons yang menyerap banyak hal.
Mereka mampu mengingat wajah dan tempat, mampu belajar cara kerja mainan, mengenali lagu dan menyimak lirik, dll.
Mereka juga sudah banyak memiliki kosakata untuk berbicara, bertanya banyak hal, dan dapat menyortir bentuk dan warna.
Anak usia dua tahun juga sudah mengembangkan kemampuan motorik secara pesat, dan aktif bergerak.
Gabungan antara kemampuan otak dan fisik ini membuat emosi mereka makin beragam, dan penyaluran emosinya juga semakin luas.
"Jika bayi hanya menangis ketika marah, kini anak bisa memukul, menendang, hingga merusak barang," papar Kusumastuti.
Di usia inilah mestinya orang tua membantu anak mengidentifikasi emosinya, dan memberikan alternatif cara menyalurkan emosi mereka.
Misalnya dengan menyanyi saat senang, menarik nafas dalam saat ingin marah, mencoret-coret kertas ketika kesal, dan sebagainya.
Baca Juga: Fase Penting Tumbuh Kembang Anak, Ini Alasan Balita Bilang Tidak dan Solusinya
(*)