Parapuan.co - Penyakit Parkinson adalah kelainan pergerakan yang memengaruhi sistem saraf.
Gejalanya terjadi karena rendahnya kadar dopamin di otak.
Tanda-tanda awalnya termasuk gemetar, hilangnya indra penciuman, dan masalah koordinasi.
Para ahli tidak mengetahui mengapa penyakit Parkinson berkembang, namun mereka saat ini percaya bahwa perubahan genetik dan paparan faktor lingkungan, seperti racun, memainkan peran kunci.
Bertepatan dengan Hari Parkinson Sedunia yang diperingati setiap 11 April, Kawan Puan perlu tahu lebih lanjut mengenai penyakit satu ini.
Berikut ini berbagai tanda, gejala awal, dan faktor risiko Parkinson yang perlu Kawan Puan ketahui.
Gejala penyakit Parkinson berkembang secara bertahap. Sering kali dimulai dengan sedikit gemetar di satu tangan dan rasa kaku di tubuh.
Seiring waktu, gejala lain akan berkembang, dan beberapa orang mungkin mengalami demensia.
Mengutip dari Medical News Today, beberapa tanda awal penyakit Parkinson mungkin termasuk:
- Perubahan gerakan, seperti tremor
- Gangguan koordinasi dan keseimbangan yang dapat menyebabkan seseorang terjatuh atau terjatuh
- Hilangnya indra penciuman
- Gaya berjalan berubah, sehingga seseorang sedikit mencondongkan tubuh ke depan atau terseok-seok saat berjalan
- Ekspresi wajah tetap akibat perubahan saraf yang mengontrol otot wajah
- Suara gemetar atau suara lebih lembut
- Tulisan tangan lebih sempit dan lebih kecil
- Masalah tidur akibat kaki gelisah dan faktor lainnya
- Gangguan tidur gerakan mata cepat mungkin merupakan prediktor yang kuat, menurut sebuah studi tahun 2015.
Baca Juga: Perempuan Penyintas Covid-19 Perlu Waspadai Gejala POTS, Apa Itu?
Gejala gerakan mungkin dimulai pada satu sisi tubuh dan secara bertahap mempengaruhi kedua sisi.
Gejala umum lainnya termasuk:
- Perubahan suasana hati, termasuk depresi
- Kesulitan mengunyah dan menelan
- Kelelahan
- Sembelit
- Masalah kulit
- Demensia, delusi, dan halusinasi dapat berkembang seiring waktu
Mengutip dari NHS, penyakit Parkinson disebabkan oleh hilangnya sel saraf di bagian otak yang disebut substansia nigra.
Sel saraf di bagian otak ini bertanggung jawab untuk memproduksi zat kimia yang disebut dopamin.
Dopamin bertindak sebagai pembawa pesan antara bagian otak dan sistem saraf yang membantu mengontrol dan mengoordinasikan gerakan tubuh.
Jika sel saraf ini mati atau rusak, jumlah dopamin di otak berkurang.
Artinya, bagian otak yang mengendalikan gerakan tidak dapat bekerja normal sehingga menyebabkan gerakan menjadi lambat dan tidak normal.
Hilangnya sel saraf adalah proses yang lambat. Gejala penyakit Parkinson biasanya baru mulai berkembang ketika sekitar 50% aktivitas sel saraf di substansia nigra telah hilang.
Baca Juga: Kenali Penyebab hingga Gejala Arteri Perifer, Kondisi Viral di TikTok
Faktor Risiko
Beberapa faktor lingkungan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit Parkinson. Ini termasuk:
Cedera otak traumatis di masa lalu: Cedera kepala akibat olahraga kontak, misalnya, dapat meningkatkan risiko kondisi tersebut.
Paparan racun: Seperti pestisida, pelarut, logam, dan polutan lainnya.
Jenis Kelamin: Laki-laki 50% lebih mungkin mengalami kondisi ini dibandingkan perempuan, meskipun sebuah penelitian pada tahun 2016 menunjukkan bahwa risiko pada perempuan dapat meningkat seiring bertambahnya usia.
Usia: Kondisi ini sering muncul sejak usia 60 tahun.
Beberapa obat dan obat-obatan: Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan Parkinsonisme, di mana seseorang mengalami tremor dan gejala lain namun tidak menderita penyakit Parkinson.
Gejala biasanya muncul mulai usia 60 tahun.
Namun, 5–10% penderita penyakit ini menderita penyakit Parkinson dini, yang dimulai sebelum usia 50 tahun.
Baca Juga: Pentingnya Hidrasi Sehat Saat Puasa, Ini Tips agar Tidak Dehidrasi di Perjalanan Mudik Lebaran 2024
(*)