Parapuan.co - Kawan Puan pencinta drama Korea kedokteran, pasti tak asing dengan sinopsis drakor Good Doctor.
Sinopsis drakor Good Doctor pertama kali muncul pada 2013 lalu. Meski drakor lawas, drama ini cukup punya banyak penggemar.
Dalam sinopsis drakor ini menceritakan tentang kehidupan dokter yang memiliki kondisi khusus. Dokter tersebut adalah Park Si On (Joo Won) yang mengidap savant syndrome.
Kondisi ini membuat dirinya menjadi sosok jenius namun memiliki keterbelakangan mental, hingga membuatnya jadi pusat perhatian.
Lalu apa itu sebenarnya savant syndrome seperti dialami pemeran utama drakor Good Doctor?
Sindrom Savant terjadi ketika seseorang dengan gangguan perkembangan menunjukkan keterampilan di atas rata-rata dalam bidang tertentu.
Orang sering mengasosiasikan sindrom Savant dengan gangguan spektrum autisme (ASD).
Sindrom Savant jarang terjadi, dengan beberapa bukti memperkirakan bahwa sindrom ini dapat memengaruhi 10–30% orang autis.
Namun, karena kurangnya kriteria diagnostik formal, sulit memperkirakan secara akurat berapa banyak orang yang menderita sindrom savant.
Baca Juga: Hari Peduli Autisme Sedunia, 3 Rekomendasi Film yang Membahas Autisme
Mengutip dari Medical News Today, autisme adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi kapasitas sosial dan perilaku. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat dan biasanya muncul pada beberapa tahun pertama kehidupan.
Orang autis mungkin juga memiliki satu atau lebih kemampuan yang melebihi rata-rata populasi, yang merupakan tanda dari sindrom savant. Namun, ada kemungkinan juga seseorang menderita sindrom savant tanpa autisme.
Orang dengan sindrom savant mungkin memiliki keterampilan di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang, seperti memori, musik, atau matematika. Jenis spesifik dan kombinasi keterampilan akan bervariasi dari orang ke orang.
Apa Itu Savant Syndrome?
Savant syndrome adalah suatu kondisi langka di mana seseorang dengan gangguan intelektual memiliki satu atau lebih keterampilan yang melebihi rata-rata populasi.
Hal ini dapat terjadi sejak lahir atau berkembang pada masa kanak-kanak. Dalam beberapa kasus, sindrom ini dapat berkembang setelah cedera atau kelainan otak.
Orang dengan sindrom savant memiliki kemampuan luar biasa dalam satu atau lebih keterampilan, yang dapat mencakup kemampuan seni, matematika, atau spasial.
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang banyak diasosiasikan orang dengan sindrom savant. Namun, penelitian pada tahun 2018 menyoroti beberapa perbedaan antara autisme dan sindrom savant.
Baca Juga: Ahli Jelaskan Dua Jenis Terapi Utama untuk Anak dengan Autisme
Para penulis berpendapat bahwa sindrom savant biasanya terjadi pada orang autis, tetapi juga dapat berkembang pada orang dengan gangguan perkembangan lainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan sindrom savant berbeda dari orang autis dalam beberapa hal, termasuk:
- Sensitivitas sensorik yang meningkat
- Perilaku obsesif
- Kemampuan teknis dan spasial
- Sistematisasi
Tanda dan Gejala
Orang dengan sindrom savant memiliki kemampuan luar biasa dalam satu atau lebih bidang yang biasanya meliputi:
- Seni
- Musik
- Kalender dan perhitungan numerik
- Kemampuan mekanis
- Kemampuan spasial
- Memori
Keahlian mereka dalam bidang ini melebihi kemampuan masyarakat umum. Misalnya, seseorang dengan sindrom savant dapat melakukan perhitungan matematis dengan cepat atau menghasilkan gambar dengan tingkat detail yang tinggi.
Orang dengan sindrom savant biasanya juga mengalami gejala lain akibat kondisi mental atau perkembangan yang terjadi bersamaan. Misalnya, mereka mungkin juga menderita autisme dan mengalami masalah dengan:
- Keterampilan komunikasi: Orang autis mungkin menghindari kontak mata, ekspresi wajah yang kurang tepat, atau tidak mampu menafsirkan emosi orang lain.
- Perilaku terbatas atau berulang: Orang autis mungkin sangat fokus pada bagian tertentu dari suatu objek, peka terhadap perubahan urutan, atau bergoyang maju mundur.
- Masalah lain: Autisme juga dapat menyebabkan berbagai masalah lain, seperti keterlambatan bahasa, gerakan, atau perkembangan kognitif.
Penyebab
Saat ini tidak ada konsensus tentang bagaimana sindrom savant berkembang.
Namun, teori lama menunjukkan bahwa kondisi tersebut dapat berkembang pada orang autis melalui sifat kebutaan pikiran yang menyebabkan kesulitan memahami keadaan mental orang lain. Orang dengan sifat ini kurang tertarik pada dunia sosial dan mungkin memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan bakat di bidang lain.
Teori lain adalah bahwa autisme menyebabkan perilaku dan minat obsesif, yang seiring waktu dapat mengarah pada kemampuan seperti orang yang cerdas.
Beberapa kasus sindrom savant sudah ada sejak lahir, yang menunjukkan mungkin ada komponen genetik pada kondisi tersebut. Genetika adalah salah satu penyebab potensial dari kondisi terkait lainnya, seperti autisme.
Baca Juga: Tantangan Anak yang Punya Saudara Autis, Begini Cara Membantunya
(*)