Selagi berkenalan, mereka akan berbagi tentang banyak aspek dalam kehidupan rumah tangga.
Mulai dari tanggung jawab keuangan, pekerjaan rumah tangga, manajemen konflik, dan masih banyak lagi.
Meski tidak ada aspek romantisme dalam pernikahan ini, South China Morning Post melaporkan bahwa hampir 80 persen pasangan friendship marriage merasa puas menjalani hubungan.
Pasangan yang menjalani hubungan ini rata-rata adalah mereka yang sudah berusia 30 tahun ke atas dan penghasilan melebihi rata-rata pendapatan nasional.
Tren friendship marriage sebenarnya punya risiko perceraian yang tinggi dibandingkan pernikahan tradisional pada umumnya.
Akan tetapi, pernikahan ini menawarkan pasangan untuk bisa mendapatkan manfaat kebijakan pemerintah untuk suami istri dan bentuk dukungan layaknya dalam hubungan persahabatan.
Wah, kalau di Indonesia kira-kira sama seperti open relationship atau tidak, ya?
Bagaimana menurut Kawan Puan? Apakah hubungan pernikahan persahabatan semacam ini bukan malah menimbulkan cinta lokasi nantinya?
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Open Relationship, Bagaimana Jika Pasangan Menginginkannya?
(*)