Parapuan.co - Gerakan Sekolah Sehat (GGS) kini menjadi hal yang diupayakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Lewat program GGS ini, diharapkan para peserta didik di sekolah memiliki lima fokus sehat.
Mulai dari Sehat Bergizi, Sehat Fisik, Sehat Imunisasi, Sehat Jiwa, dan Sehat Lingkungan.
Salah satu rangkaian acara Gebyar GSS 2024 adalah sesi gelar wicara inspiratif yang secara khusus membahas perubahan iklim dan kesehatan mental remaja.
Gelar wicara ini bertujuan memberikan wawasan berharga serta solusi praktis untuk meningkatkan kualitas hidup peserta didik secara menyeluruh.
Nadim Makarim, Mendikbudristek menekankan pentingnya pemahaman tentang kesehatan mental bagi remaja. Topi ini bahkan sangat relevan dibahas dalam konteks GGS #gerakansekolahsehat.
"Saya sangat senang melihat topik kesehatan mental di kalangan remaja diangkat dalam acara ini, karena isu tersebut sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan,” kata Nadim sebagaimana press release yang diterima PARAPUAN.
Dalam kesempatan yang sama, Nadim juga menghimbau agar para remaja perlu bijak bermdia sosial. Apalagi saat ini pengaruh dari media sosial jadi hal yang tak terhindarkan.
Minim Pengalaman
Baca Juga: Tingkatkan Kesehatan Siswa, AIA dan Majalah Bobo Ajak Sekolah Ikut Kompetisi Ini
Lebih lanjut, Rose Mini Agoes Salim, Psikolog, Dosen, sekaligus Guru Besar di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia mengatakan bahwa kecenderungan remaja mengalami gangguan kesehatan mental disebabkan oleh minimnya pengalaman hidup yang mereka jalani.
"Anak usia remaja seringkali membesarkan masalah yang sebenarnya tidak begitu besar, seperti contohnya adalah ketika sedang putus cinta, seakan-akan dunianya sudah selesai," kata perempuan yang akrab disapa Bunda Romi ini.
"Seorang yang memiliki kesehatan jiwa yang baik dapat mengatasi masalah di berbagai situasi karena mereka memiliki kemampuan mengenali diri dalam mengelola emosi dan menghadapi tantangan dengan sikap yang tepat," imbuhnya.
Bunda Romi juga menjelaskan bahwa cara untuk mengenali diri sendiri adalah dengan
melakukan introspeksi, mencari tahu apakah ada hal yang perlu diperbaiki dalam diri kita.
Pengaruh Pencemaran Lingkungan pada Kesehatan Mental
"Dampak buruk pada kesehatan mental akibat kondisi lingkungan yang tidak mendukung dapat menyebabkan seseorang mengalami perasaan cemas dan gangguan kecemasan," ucap Andhyta Firselly Utami, selaku CEO dari Think Policy.
"Hal ini secara signifikan dapat mempengaruhi cara berpikir, mengurangi kemampuan untuk berkonsentrasi, serta menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan," tuturnya.
Andhyta menyebut, terdapat langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Baca Juga: Kemendikbudristek Luncurkan Gerakan Sekolah Sehat untuk Anak Indonesia Sehat dan Cerdas
Langkah-langkah itu meliputi penanaman pohon secara berkelanjutan dan pemilahan sampah secara teratur.
Dalam konteks pemilahan sampah dalam mewujudkan #gerakansekolahsehat, Muhammad Rafie Setiawan, Duta SMA Provinsi Banten tahun 2023, menjelaskan bahwa di sekolahnya telah menerapkan sistem Bank Sampah.
Melalui sistem ini, siswa didorong untuk terbiasa memilah sampah sehingga lingkungan sekolah dapat terhindar dari pencemaran lingkungan.
"Di sekolah saya, kami menerapkan Bank Sampah agar sampah-sampah yang sifatnya organik dan anorganik dapat dipisahkan sehingga memudahkan penyaluran sampah ke Tempat Pembuangan Akhir,” ungkap Rafie.
Selain itu, Rafie juga mengungkapkan bahwa kesehatan jiwa di lingkungan pendidikan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh peserya didik.
Kesehatan jiwa yang baik akan membantu peserta didik untuk terus semangat belajar dan produktif.
"Dengan menentukan skala prirotas yang harus dilakukan, saya dapat mengendalikan kesehatan jiwa dengan baik. Selain itu, berbicara dengan orang terdekat dan melakukan kegiatan favorit juga membantu saya mengendalikan tingkat stress di tengah padatnya aktivitas,” ucap Rafie.
Salah satu peserta gelar wicara, Anggita Gendis Novadianti, siswi SMA Negeri 108 Jakarta, merasa bahagia mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa dan kesehatan lingkungan dalam Gebyar GSS 2024.
"Narasumber yang dihadirkan dalam acara ini mampu mengomunikasi dengan baik akan pentingnya kesehatan jiwa, sehingga saya sendiri semakin paham bagaimana cara yang tepat mengatasi dan mengelola kesehatan jiwa. Dalam kesehatan lingkungan, saya sendiri di rumah juga suka menanam pohon untuk menghasilkan kesejukan udara dan mengurangi global warming," tutur Anggita.
Selanjutnya, Mawla Djasminetha, siswi SMA Negeri 43 Jakarta, merasa bahwa kesehatan jiwa sangat penting mempengaruhi pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
"Topik yang dibahas dalam acara ini sangat sesuai dengan kondisi pelajar SMA dan SMP, sehingga kami memiliki gambaran bagaimana untuk menjaga konsistensi belajar dan merawat lingkungan menjadi lebih baik," tutup Mawla.
Baca Juga: AIA dan Majalah Bobo Dukung Kampanye Sekolah Sehat Lewat AIA Healthiest Schools
(*)