Iriana Ekasari: Meracik Cita Rasa Berkualitas dengan Memberdayakan Petani Teh Perempuan

Citra Narada Putri - Rabu, 12 Juni 2024
Iriana Ekasari, pendiri Sila Agri Inovasi (2018) dan Asosiasi Artisan Teh Indonesia (2022) yang memberdayakan petani teh perempuan.
Iriana Ekasari, pendiri Sila Agri Inovasi (2018) dan Asosiasi Artisan Teh Indonesia (2022) yang memberdayakan petani teh perempuan. (Dok. Fachri M. Ginanjar/PARAPUAN)

Parapuan.co - Di balik rasa nikmat dan aroma yang harum dari secangkir teh, terdapat peran penting para petani teh perempuan.

Mereka adalah yang menanam, membudidaya, merawat, memetik dan memastikan teh sampai di setiap cangkir kita semua dengan kualitas rasa yang terbaik.

Ketelitian dan ketelatenan perempuan dalam memetik daun teh dengan tangan menjadi faktor penting dalam menjaga kualitas teh. 

Bukannya tanpa alasan, daun teh yang dipetik dengan tepat akan menghasilkan teh dengan rasa dan aroma yang optimal.

Kemampuan perempuan dalam memilah daun teh berdasarkan usia dan kualitas ini jugalah yang berkontribusi dalam menjaga standar mutu teh.

Maka dari itu, untuk menjaga kualitas dan mengembangkan industri teh lebih besar lagi, penting untuk memberdayakan petani teh perempuan. 

"Sekitar 60 sampai 70 persen pekerja dan penggerak di industri teh adalah perempuan, apabila melakukan pemberdayaan pada perempuan, nanti bentuknya berupa inovasi, panen, tanaman yang lebih baik, yang akan berkontribusi pada industri teh yang akan lebih besar," ujar Iriana Ekasari, Pendiri Asosiasi Artisan Teh Indonesia saat diwawancarai PARAPUAN dalam acara Festival Teh Nusantara di Dieng, Wonosobo (8/6/2024). 

Tak sampai di situ, menurutnya pula, petani teh perempuan yang berdaya akan turut berkontribusi positif pada perekonomian keluarganya.

Karena mereka akan merasa lebih percaya diri hingga kiprahnya dalam keluarga akan menjadi lebih baik. 

Baca Juga: Sambut International Women's Day, Ini Program Pemberdayaan Petani Perempuan

Pentingnya pemberdayaan petani teh perempuan tak dimaknai omong kosong belaka oleh Iriana.

Ia pun telah melakukan berbagai macam upaya untuk membantu memberdayakan para petani teh perempuan di berbagai daerah agar bisa memproduksi teh yang mutunya kualitas tertinggi.

"Terutama kepada petani perempuan yang lahannya sedikit. Karena lahannya sedikit jadi mereka cenderung tidak bisa menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dari lahannya," jelasnya lagi.

Petani teh perempuan di Dieng, Wonosobo.
Petani teh perempuan di Dieng, Wonosobo. (Dok. Fachri M. Ginanjar/PARAPUAN)

Dengan begitu, Iriana melalui Sila Agri Inovasi (2018) dan Asosiasi Artisan Teh Indonesia (2022) yang didirikannya, membantu para petani teh perempuan agar bisa memperbaiki kondisi kebunnya, kualitas pohon teh, cara memetik, hingga mengolah, untuk meningkatkan mutu teh yang juga dapat berkontribusi positif pada pendapatan mereka. 

Sebagai informasi, Sila Agri Inovasi adalah perusahaan start up yang bergerak di bidang inovasi dan edukasi produk teh, rempah-rempah, dan minuman herbal buatan Indonesia. 

Tantangan dalam Memberdayakan

Dalam upayanya meningkatkan mutu petani teh perempuan, langkah Iriana bukannya mulus begitu saja.

Ada berbagai macam tantangan yang dihadapinya dalam tekadnya memberdayakan petani teh perempuan.

Baca Juga: Program Ini Berdayakan Ibu Rumah Tangga dengan Literasi Keuangan dan Pengelolaan Sampah

"Sebagaimana kita ketahui, perempuan di pedesaan menjadi bagian daripada suatu masyarakat yang punya aturan-aturan tidak tertulis. Tentang bagaimana peran serta atau kedudukan perempuan secara sosial dan kultural," cerita Iriana. 

Maka dengan begitu, ia pun harus menyesuaikan diri dengan itu semua, agar kehadiran dan upayanya memberdayakan petani perempuan bisa diterima oleh semua masyarakat.

Dari situlah baru akan bergulir program-program pemberdayaan, yang bukan bukan hanya bisa dimanfaatkan kepada sekelompok kecil orang, tapi juga bagian daripada lingkungan masyarakat di desa tersebut.

Di sisi lain, persoalan-persoalan pribadi para petani teh perempuan juga terkadang memberikan hambatan tersendiri. 

"Mereka punya masalah psikis, sosial, problem sebagai ibu atau istri. Kita juga harus bisa menjembatani supaya mereka tetap semangat untuk meneruskan apa yang kita sudah berikan kepada mereka, berupa ilmu pengetahuan atau pun skill," ujar Iriana.

Bukannya tanpa maksud, ia tidak ingin persoalan-persoalan tersebut membuat para petani teh perempuan berhenti untuk berkembang di tengah jalan. 

Tak sampai di situ, tantangan lain hadir mengiringi upaya Iriana ketika ia harus bisa memasarkan produk teh hasil kerja keras para petani perempuan.

"Bagaimana kita memasarkan bahwa itu produk perempuan yang bekerja keras, untuk bisa menghasilkan sesuatu, mempertahankan ekonomi keluarga dan lingkungan, juga enggak mudah," keluh Iriana.

Ia menilai bahwa untuk mendapatkan apresiasi dari pasar akan upaya keras yang dilakukan oleh para petani teh perempuan ini membutuhkan edukasi, sosialisasi dan dukungan dari banyak pihak.

Baca Juga: Peran Petani Perempuan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Ekonomi Desa

Piala Terbaik Petani Teh Perempuan

Terlepas dari berbagai macam tantangan dan hambatan yang dihadapi, Iriana berharap para petani teh perempuan tetap semangat menghadirkan mutu teh berkualitas terbaik.

"Jangan pernah berhenti karena kita perempuan. Kita diberi Tuhan semua kekuatan yang ada di diri kita untuk bisa berarti bagi keluarga, bagi diri kita sendiri dan bagi lingkungan melalui teh," imbuhnya.

Ia pun berpesan untuk tetap merawat pohon teh yang ada di kebun-kebun, dan tetap berangkulan dengan sesama perempuan untuk saling menguatkan.

"Mungkin pencapaian terbesar saya jika petani perempuan itu bisa hidupnya lebih sejahtera, menyekolahkan anak, rumahnya jadi lebih baik, hidupnya lebih berkualitas, lebih sehat. Dan dia punya kebanggaan tuh terhadap apa yang sudah dicapai, apa yang sudah dikontribusikan. Itu yang akan jadi piala terbaik yang pernah saya terima," tutup Iriana.

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Wamen PPPA Veronica Tan: Mendidik Guru Berarti Membangun Generasi yang Lebih Baik