Viral di TikTok Ibu Atta Halilintar Persoalkan Gelar Haji, Perlukah Disematkan?

Arintha Widya - Selasa, 25 Juni 2024
Geni Faruk ibu Atta Halilintar viral di TikTok usai tunangan Thariq dan Aliyah
Geni Faruk ibu Atta Halilintar viral di TikTok usai tunangan Thariq dan Aliyah Instagram @genifaruk

Parapuan.co - Kawan Puan, ada hal menarik yang sampai viral di TikTok saat momen pertunangan Thariq Halilintar dan Aaliyah Massaid.

Salah satunya ketika Atta Halilintar memberikan sambutan, ia ditegur oleh sang ibu karena tidak menyebutkan gelar "Haji" Thariq yang membuat videonya viral di TikTok.

Sebelum Atta, video viral di TikTok lain memperlihatkan pembawa acara juga terkena teguran karena tidak menyebutkan gelar "Haji" ketika memanggil nama Atta Halilintar untuk memberikan sambutan.

Hal ini menimbulkan pro kontra di kalangan netizen, tentang seberapa penting gelar haji dan/atau hajah disematkan di depan nama seseorang setelah pulang beribadah haji.

Ada yang beranggapan bahwa orang yang pulang dari Mekkah melaksanakan haji otomatis diberikan gelar tersebut.

Ada pula yang merasa tidak masalah jika lupa atau tidak menyebutkan gelar haji dan/atau hajah.

Lantas, bagaimana sebenarnya asal usul penyematan gelar haji/hajah di Indonesia?

Apakah gelar tersebut perlu selalu disematkan di depan nama dan selalu disebut sebelum nama?

Berikut asal usul disematkannya gelar haji/hajah di kalangan masyarakat Indonesia sebagaimana mengutip laman Kementerian Agama (Kemenag)!

Baca Juga: 4 Cara Menjaga Kesehehatan Mental selama Menjalankan Ibadah Haji

Penyematan Gelar Haji/Hajah

Filolog Oman Fathurahman atau disapa Kang Oman yang juga seorang staf ahli di Kemenag pernah menjelaskan tentang penyematan gelar haji/hajah.

Ia berpendapat, gelar tersebut sah-sah saja disematkan oleh atau kepada orang yang pulang dari berhaji.

Menyematkan gelar haji/hajah sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak lama.

Salah satu alasannya adalah karena di masa silam, perjalanan menuju ke Tanah Suci bagi masyarakat Nusantara terbilang sulit.

Mereka harus mengarungi lautan, menerjang badai, menjelajah gurun pasir, dan sebagainya.

Perjuangan berat tersebut bisa berlangsung berbulan-bulan, mengingat transportasi tidak semudah sekarang.

Perjalananannya saja sudah berat. Belum menjalankan ibadah di Tanah Suci yang juga membutuhkan perjuangan tersendiri.

Oleh karenanya, gelar haji/hajah dianggap sebagai bentuk penghargaan bagi seseorang yang melewati ujian tersebut.

Baca Juga: Kuota Haji Indonesia 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah, Mencapai 241.000 Jemaah

Sementara itu, penyematan gelar haji tidak hanya ada di Indonesia, melainkan juga di berbagai belahan dunia.

Antropolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dadi Darmadi, menyebutkan bahwa tradisi penyematan gelar haji/hajah ada di Malaysia, Singapura, Brunei, dan sebagainya.

Bahkan di Mesir Utara, Dadi Darmadi menyebut bahwa orang yang pulang haji tidak hanya akan mendapatkan gelar.

Akan tetapi, mereka melukis rumahnya dengan gambar Kabah dan moda transportasi yang digunakan untuk ke Mekkah.

Barangkali, hal inilah yang membuat ibunda Atta Halilintar ingin anaknya dipanggil beserta gelar haji di depan namanya.

Kalau menurut Kawan Puan bagaimana? Apakah kamu juga akan menyematkan dan ingin gelar haji/hajahmu nanti disebut di berbagai kesempatan?

Apapun jawabanmu, penyematan gelar ini diperbolehkan dan bergantung pada orang yang bersangkutan, apakah berkenan atau tidak.

Mudah-mudahan informasi di atas menambah wawasan, ya.

Baca Juga: Potret 4 Artis Perempuan Indonesia yang Jalani Ibadah Haji 2024

(*)

Sumber: kemenag.go.id
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini