Sementara itu, HDI digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia berdasarkan harapan hidup, angka buta huruf, dan standar kesejahteraan hidup.
HDI juga menjadi indikator untuk menilai dampak kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup dalam suatu negara.
Oang Indonesia Hebat dalam Pekerjaan Fisik
Menurut Hasto, mayoritas penduduk Indonesia masih cenderung menguasai pekerjaan fisik atau low skill, yang menguras tenaga.
"Intelectual skill kita ada high skill, low skill, medium skill. Kalau high skill kita peringkatnya rendah. Tapi kalau medium skill karena kita kalau menjadi pembantu rumah tangga ya kita bisa lah. Jadi tenaga kasar kita bisa," jelasnya, dikutip dari Kompas.com.
Dihubungkan dengan Stunting
Hasto menyebutkan bahwa rendahnya rata-rata IQ di Indonesia salah satunya disebabkan oleh stunting, yang menghambat pertumbuhan otak anak dan berakibat pada kecerdasan.
"Stunting membawa dampak tidak cerdas, pertumbuhan otak mengalami defisit, sehingga kemampuan intelektualnya tidak optimal. Kita boleh bersedih, tetapi tidak perlu minder ketika IQ masih di 78 dengan urutan ke-130," kata Hasto.
Baca Juga: Jadi Langkah Pencegahan Stunting, BKKBN Imbau Perempuan Hamil Sebelum 35 Tahun
Dikutip dari GridHEALTH.id, beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa penurunan angka stunting hanya mencapai 0,1 persen, dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 21,5 persen pada 2023.
Padahal, Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan stunting di Indonesia mencapai 14% pada akhir 2024.
Penanganan stunting menjadi kunci untuk meningkatkan IQ dan kualitas SDM Indonesia.
Upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diperlukan untuk mencapai target ini. (*)