Penyebab Rendahnya Akses Pelayanan Kesehatan Gigi
Ada beberapa alasan mengapa hanya sebagian kecil masyarakat yang mengakses pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi sering kali membuat masyarakat mengabaikan rasa sakit pada gigi mereka.
Selain itu, sulitnya akses ke pelayanan kesehatan gigi karena minimnya tenaga kesehatan di fasilitas terdekat juga menjadi faktor utama. Akibatnya, banyak yang baru berkunjung ke dokter gigi setelah kondisi gigi mereka memburuk, yang memerlukan biaya perawatan lebih tinggi.
Tingginya angka masalah gigi berkaitan dengan pola makan yang salah dan konsumsi gula yang tinggi. Masyarakat cenderung lebih menyukai makanan manis, kurang berserat, dan mudah lengket.
Sumber utama gula berasal dari minuman manis, seperti minuman berbahan dasar buah, jus buah murni, susu manis, permen, kue, biskuit, sereal manis, sukrosa, madu, sirup, dan manisan.
Trauma dan Ketakutan Berkunjung ke Dokter Gigi
Pengalaman negatif di masa lalu, seperti pencabutan gigi yang menyakitkan dan tarif yang mahal, sering kali menyebabkan trauma pada pasien. Dental fear dan anxiety (DFA) yang dialami sejak masa kanak-kanak dapat bertahan hingga dewasa, membuat pasien enggan berkunjung ke dokter gigi. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut pada penyakit gigi dan mulut.
Budaya self-medication masih banyak terjadi di Indonesia. Kemudahan akses terhadap obat bebas/tanpa resep (over the counter medication) berdampak pada rendahnya angka kunjungan ke dokter gigi. (*)
Baca Juga: Mengenal Gejala Kerusakan Gigi hingga Bagaimana Cara Merawatnya