Riset Sebut Perubahan Tren Kencan Berdampak pada Penurunan Angka Pernikahan di Indonesia

Arintha Widya - Rabu, 10 Juli 2024
Pergeseran tren kencan disebut berpengaruh pada penurunan angka pernikahan di Indonesia. Ini risetnya!
Pergeseran tren kencan disebut berpengaruh pada penurunan angka pernikahan di Indonesia. Ini risetnya! Freepik

Parapuan.co - Angka pernikahan di Indonesia telah mengalami penurunan secara signifikan (54 persen) selama satu dekade terakhir.

Menurut data tahun 2023 dari BPS (Badan Pusat Statistik), 68,29 persen anak muda Indonesia belum menikah.

Di dunia modern, kencan dan romansa adalah sesuatu yang sangat dinamis, bersamaan dengan itu lanskap kencan selalu berubah.

Terlebih dengan adanya tren kencan online atau digital yang jadi alternatif anak muda menemukan tambatan hatinya.

Romansa digital telah mengubah cara individu bertemu secara substansial, dengan banyaknya platform dan aplikasi online yang mempermudah hubungan dengan satu kali swipe.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, popularitas perjodohan digital ini telah menurun.

Penurunan ini membuat orang lebih sulit untuk menemukan pasangan.

Dengan demikian, hal ini berkontribusi pada penurunan tingkat pernikahan di Indonesia.

Fakta tersebut terlihat dari sebuah riset yang dilakukan biro jodoh Lunch Actually seperti dalam pers rilis yang diterima PARAPUAN.

Baca Juga: Angka Kelahiran Menurun, Benarkah karena Perempuan Enggan Menikah?

Menurut hasil survei yang dilakukan Lunch Actually, temuan baru di 2024 menyatakan bahwa popularitas budaya swipe telah menurun secara bertahap.

Survei ini menemukan fakta bahwa hanya 12 persen jomblo yang menggunakan aplikasi kencan setiap hari.

Sementara 42 persen lajang tidak menggunakan aplikasi kencan sama sekali.

Sayangnya, 48 persen jomblo tidak bertemu dengan siapa pun di aplikasi kencan pada tahun 2023.

Padahal, riset mencatat 72 persen dari mereka secara aktif mencoba berkencan atau bertemu dengan orang baru sepanjang tahun.

Violet Lim, CEO dan Co-Founder dari Lunch Actually Group, mengatakan bahwa ada beberapa dampak yang disebabkan oleh budaya swipe ini terhadap para jomblo di Indonesia.

“Tahun ini, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kami telah mengamati dampak yang berbeda di mana kenyamanan dalam menggunakan aplikasi kencan telah meningkatkan ekspektasi akan koneksi yang instan, sedangkan keinginan untuk mendapatkan koneksi mendalam dan hubungan yang nyata, semakin besar," ungkap Violet Lim.

Baca Juga: Bukan HTS-an atau Situationship, Ini Tren Kencan yang Populer di 2024

Para jomblo di Indonesia (72 persen) mulai menyadari bahwa komunikasi dan hubungan emosional merupakan aspek yang sangat penting.

Maka dari itu, hendaknya komunikasi perlu diprioritaskan agar suatu hubungan dapat bertahan dalam jangka panjang.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, referensi yang mendasar lebih penting bagi para jomblo.

Sebut saja diantaranya bentuk tubuh pasangan mereka untuk laki-laki (43 persen) dan jumlah pendapatan untuk perempuan (62 persen).

Saat ini, para lajang lebih memilih komunikasi dan hubungan emosional (74 persen), dibandingkan dengan ketertarikan fisik (24 persen).

Dengan kata lain, kencan digital mungkin tidak membuat para lajang mendapatkan match seperti yang mereka harapkan.

Sementara itu, riset ini dilakukan terhadap 2.038 jomblo di Singapura, Malaysia, Hong Kong, Indonesia, Thailand, dan Taiwan; 342 orang dari Indonesia.

Adapun rasio gender untuk responden Indonesia adalah 59 persen laki-laki dan 41 persen perempuan.

Para responden berada di rentang usia antara 25-55 tahun.

Bagaimana dengan Kawan Puan? Apa preferensi kencanmu yang akan membuatmu yakin untuk segera menikah? 

Baca Juga: 63 Persen Anak Muda Pakai Aplikasi Kencan Tapi Sedikit yang Sampai Menikah, Apa Sebabnya?

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Riset Sebut Perubahan Tren Kencan Berdampak pada Penurunan Angka Pernikahan di Indonesia