Parapuan.co - Peretasan Pusat Data Nasional (PDN) beberapa waktu lalu membuat heboh masyarakat Indonesia.
Publik berhak panik karena ada informasi data mereka di PDN yang bisa saja disalahgunakan oleh hacker atau peretas.
Kasus peretasan terhadap PDN hendaknya juga membuat kita belajar betapa pentingnya keamanan siber.
Supaya kamu semakin waspada, pahami mengapa situs web bisa diretas seperti melansir laman Cyber Optik di bawah ini!
1. Serangan Brute Force dan Kata Sandi yang Dikompromikan
Di dunia kejahatan siber, serangan brute force adalah cara paling sederhana untuk mendapatkan akses ke server atau situs web, atau apapun yang dilindungi kata sandi.
Metode brute force melibatkan upaya berulang-ulang untuk mengirimkan berbagai kombinasi kata sandi dengan harapan, informasi yang dimasukkan benar sehingga bisa masuk ke situs web.
Upaya peretasan dilakukan oleh penyerang menggunakan bot atau program perangkat lunak otomatis.
Mereka menginstalnya secara diam-diam pada perangkat komputer tertentu untuk meretas data di dalamnya.
Baca Juga: Ramai Hacker Bjorka, Ini 3 Cara Mudah Lindungi Akun Instagram dari Peretas
Pengguna atau situs dengan sistem manajemen kredensial yang lemah atau dikompromikan tentu saja rentan untuk diretas.
Seorang peretas menggunakan teknik untuk menebak kata sandi yang benar atau mencoba kombinasi umum dari kata sandi yang dicuri.
Oleh karenanya, penting untuk membuat dan mengatur kata sandi yang kuat dan menambahkan sistem keamanan lain agar tidak jadi korban hacker.
2. Tema yang Tidak Aman
Saat muncul pop-up tema gratis dan lucu untuk situs web, apakah kamu langsung menginstalnya?
Kawan Puan perlu tahu, tema-tema yang mungkin ditawarkan dan muncul sebagai pop-up iklan bisa saja tidak aman.
Menginstal tema yang tidak aman dapat membuat sebuah situs, aplikasi, atau apapun itu menjadi rentan terhadap serangan siber.
Ini karena peretas dapat menambahkan kode peretasan ke tema gratis yang kamu unduh.
Maka itu, penting untuk mempertimbangkan kualitas dan tingkat keamanan tema. Pastikan membeli dari developer terpercaya agar aman.
Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan Nasabah jika Bank Terkena Ransomware seperti BSI
3. Kerentanan Plugin
Situs web bisa diretas melalui plugin. Plugin memainkan peran penting dalam proses pengembangan situs web, terutama di WordPress.
Alat khusus seperti plugin ialah sebuah layanan yang dapat mengintegrasikan segala macam fungsi di situs web.
Plugin rentan terhadap serangan peretasan karena hacker mudah menemukan celah dalam kode plugin dan menggunakannya untuk mendapatkan akses ke informasi sensitif dan rahasia.
Agar tidak menjadi korban peretasan, jaga plugin tetap diperbarui dan hindari penggunaan plugin yang sudah tidak terpakai atau ditinggalkan.
4. Celah Kebijakan Keamanan
Mengikuti kebijakan keamanan yang buruk dapat meningkatkan kemungkinan situsmu diretas.
Hindari memberikan akses admin dengan bebas, membuat kata sandi yang lemah, tidak memperbarui akun secara teratur.
Kegagalan dalam menggunakan sertifikat SSL (aman) di situs web juga membuat website mudah diretas.
Baca Juga: Kisah Remaja Perempuan 15 Tahun Bikin Situs Web untuk Bantu Korban KBGO
5. Tidak Memperbarui Perangkat Lunak
Hacker dapat mengeksploitasi perangkat lunak yang sudah lama tidak diperbarui untuk berusaha meretas situs web.
Inilah sebabnya mengapa peretas dengan sengaja mencari perangkat lunak lama, yang sering kali dapat dideteksi dari luar situs web itu sendiri.
Untuk mencegah kerentanan ini, siapkan sistem pembaruan otomatis untuk memperbarui perangkat lunak yang kamu gunakan.
Itulah tadi beberapa penyebab situs web dapat diretas, sehingga membutuhkan keamanan ekstra seperti disinggung pada tiap poin di atas.
Ingatlah bahwa peretasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari ransomware, phishing, malware, cross-site scripting atau serangan XSS, hingga SQL Injection.
Kejahatan siber tidak dapat dianggap remeh ya, Kawan Puan. Informasi sensitif yang ada di internet perlu dijaga dengan baik.
Mudah-mudahan informasi di atas bermanfaat dan membuatmu lebih waspada dalam penggunaan situs web, aplikasi, atau hal terkait lainnya yang menggunakan kata sandi.
Baca Juga: Pusat Data Nasional Diretas, Perempuan Paling Rentan Jadi Korban Cybercrime
(*)