Baca Juga: Sambut Hari Media Sosial Indonesia, Pahami Dampak Negatif Penggunaan Medsos pada Anak
Lebih dari setengah (54 persen) anak perempuan berusia 11-21 tahun mengatakan bahwa mereka ingin terlihat seperti dengan filter online.
Sedangkan lebih dari satu pertiga anak perempuan (36 persen) merasa tekanan untuk menggunakan filter saat mem-posting online.
Tuntutan untuk Transparansi dan Perlindungan
Dalam menghadapi masalah ini, Girlguiding menyerukan lebih banyak transparansi di dunia online.
Mereka mendesak pengiklan dan pembuat konten untuk bertanggung jawab dalam menggunakan filter atau perangkat lunak pengeditan gambar, serta mengajukan permintaan agar gambar-gambar yang diunggah lebih real dan tidak diedit secara berlebihan.
Hal ini diharapkan dapat membantu melindungi anak-anak perempuan dari dampak negatif yang bisa timbul dari eksposur berlebihan terhadap standar kecantikan yang tidak realistis.
Standar kecantikan pada anak-anak, khususnya anak perempuan, merupakan tantangan serius yang mempengaruhi kesejahteraan mereka secara menyeluruh.
Dengan meningkatnya eksposur terhadap media sosial dan teknologi, tekanan untuk memenuhi standar yang tidak realistis semakin meningkat.
Penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung anak-anak untuk merasa aman dan percaya diri, tanpa harus terjebak dalam ekspektasi penampilan yang tidak sehat.
Langkah-langkah seperti edukasi tentang body positivity dan promosi gambar-gambar yang tidak diedit dapat membantu mengurangi tekanan ini.
Langkah tersebut juga membantu memastikan anak-anak dapat tumbuh dengan lebih sehat secara mental dan emosional.
Baca Juga: Dobrak Standar Kecantikan, Perempuan Memilih untuk Percaya Diri dengan Tubuh Sendiri
(*)