Parapuan.co - Kawan Puan, standar kecantikan ternyata tidak hanya menimbulkan kekhawatiran pada orang-orang dewasa, khususnya perempuan.
Anak-anak perempuan juga semakin terpapar dengan standar kecantikan yang tidak realistis dan tekanan penampilan sejak usia muda.
Hal ini terungkap dari Survei Sikap Anak Perempuan yang dilakukan oleh Girlguiding.
Isu standar kecantikan pada anak-anak menjadi salah satu perhatian di Inggris, dan bukan tidak mungkin di Indonesia juga sudah ada tanpa kita sadari.
Di Inggris sendiri, paparan standar kecantikan pada anak perempuan membuat sebagian dari mereka mempertimbangkan prosedur kosmetik di masa depan.
Secara umum, berikut ini hal-hal yang perlu kita perhatikan terkait adanya standar kecantikan pada anak-anak, khususnya perempuan sebagaimana merangkum Girlguiding!
Tekanan Penampilan yang Mengkhawatirkan
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak perempuan mulai merasakan pikiran negatif tentang penampilan mereka sejak usia muda.
Lebih dari setengah (59 persen) anak perempuan berusia 11-21 tahun mengatakan, pikiran ini secara negatif memengaruhi kepercayaan diri mereka.
Baca Juga: Menurut Riset, Ini Pengaruh Media Sosial Terhadap Cara Perempuan Menilai Tubuhnya
Bahkan anak perempuan seumur 7 tahun pun merasa bahwa mereka dihadapkan pada standar kecantikan yang berbeda dibandingkan dengan anak laki-laki seusianya.
Sebagian besar dari anak-anak perempuan ini merasa menerima lebih banyak kritik terkait penampilan mereka.
Dampak Terhadap Kesejahteraan Mental
Tekanan untuk memenuhi standar kecantikan ini juga berkontribusi pada kesenjangan kepercayaan diri antara anak perempuan dan anak laki-laki.
Anak perempuan mengalami tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah, yang bisa memperburuk kesejahteraan mental mereka sehari-hari.
Banyak dari mereka merasa perlu melakukan langkah-langkah ekstrem, seperti diet atau mempertimbangkan untuk mengubah penampilan mereka.
Pengaruh Media Sosial dan Teknologi
Peran media sosial juga signifikan dalam memperburuk tekanan terhadap penampilan pada anak-anak.
Survei menunjukkan bahwa melihat foto-foto yang telah difilter atau diedit membuat mereka merasa tidak aman dan mempengaruhi pandangan mereka terhadap penampilan diri.
Baca Juga: Sambut Hari Media Sosial Indonesia, Pahami Dampak Negatif Penggunaan Medsos pada Anak
Lebih dari setengah (54 persen) anak perempuan berusia 11-21 tahun mengatakan bahwa mereka ingin terlihat seperti dengan filter online.
Sedangkan lebih dari satu pertiga anak perempuan (36 persen) merasa tekanan untuk menggunakan filter saat mem-posting online.
Tuntutan untuk Transparansi dan Perlindungan
Dalam menghadapi masalah ini, Girlguiding menyerukan lebih banyak transparansi di dunia online.
Mereka mendesak pengiklan dan pembuat konten untuk bertanggung jawab dalam menggunakan filter atau perangkat lunak pengeditan gambar, serta mengajukan permintaan agar gambar-gambar yang diunggah lebih real dan tidak diedit secara berlebihan.
Hal ini diharapkan dapat membantu melindungi anak-anak perempuan dari dampak negatif yang bisa timbul dari eksposur berlebihan terhadap standar kecantikan yang tidak realistis.
Standar kecantikan pada anak-anak, khususnya anak perempuan, merupakan tantangan serius yang mempengaruhi kesejahteraan mereka secara menyeluruh.
Dengan meningkatnya eksposur terhadap media sosial dan teknologi, tekanan untuk memenuhi standar yang tidak realistis semakin meningkat.
Penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung anak-anak untuk merasa aman dan percaya diri, tanpa harus terjebak dalam ekspektasi penampilan yang tidak sehat.
Langkah-langkah seperti edukasi tentang body positivity dan promosi gambar-gambar yang tidak diedit dapat membantu mengurangi tekanan ini.
Langkah tersebut juga membantu memastikan anak-anak dapat tumbuh dengan lebih sehat secara mental dan emosional.
Baca Juga: Dobrak Standar Kecantikan, Perempuan Memilih untuk Percaya Diri dengan Tubuh Sendiri
(*)