“Siapa saja bisa melakukan kekerasan terhadap anak, namun sayangnya penelitian menunjukkan bahwa kekerasan tersebut kerap dilakukan oleh orang dewasa terdekat yang seharusnya melindungi anak,” jelas Psikolog Klinis dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Dr. Indria Laksmi Gamayanti, seperti melansir laman resmi UGM.
Lantas, mengapa seseorang bisa melakukan kekerasan pada anak?
Sebenarnya, tak benar-benar ada jawaban sederhana yang bisa menjelaskan mengapa seseorang atau bahkan orang tua itu sendiri, melakukan kekerasan terhadap anak.
Ada banyak faktor kompleks yang menyebabkan seseorang bisa melakukan kekerasan pada anak.
Namun, melansir dari Healthline, ada beberapa hal yang meningkatkan risiko seseorang melakukan kekerasan pada anak.
- Riwayat kekerasan atau penelantaran anak selama masa kecil mereka sendiri.
- Mengidap gangguan penyalahgunaan zat.
- Kondisi kesehatan fisik atau mental, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD).
- Hubungan orang tua-anak yang buruk.
- Stres sosial ekonomi akibat masalah keuangan, pengangguran, atau masalah medis.
- Kurangnya pemahaman tentang perkembangan dasar anak (mengharapkan anak-anak mampu melakukan tugas sebelum mereka siap).
- Kurangnya keterampilan mengasuh anak untuk membantu mengatasi tekanan dan perjuangan membesarkan anak.
- Kurangnya dukungan dari anggota keluarga, teman, tetangga, atau masyarakat.
- Merawat anak dengan disabilitas intelektual atau fisik yang membuat perawatan yang memadai menjadi lebih menantang.
- Stres atau krisis keluarga yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga, kekacauan hubungan, perpisahan, atau perceraian.
- Masalah kesehatan mental pribadi, termasuk rendahnya rasa percaya diri dan perasaan tidak kompeten atau malu.
Sejalan dengan itu, menurut dr. Gamayanti, secara psikologis pelaku tindak kekerasan cenderung memiliki gangguan kesehatan mental.
"Faktor pemicu kecenderungan tindak kekerasan pada pelaku beragam, mulai dari kesiapan mental orang tua, kondisi ekonomi, hingga pengalaman kekerasan serupa di masa kecil,” ujarnya.
Baca Juga: Kekerasan Digital pada Anak Kian Merebak di Media Sosial, Waspada Hal Ini
Orang dewasa yang melakukan tindak kekerasan terhadap anak umumnya adalah individu yang belum matang secara emosional.