"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikatakan tinggal menunggu waktu karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," ujar Daryono seperti dilansir dari Kompas.com.
Baca Juga: Mengenal Asuransi Gempa Bumi dan Cara Klaimnya, Apa Saja yang Dijamin?
Lantas seperti apa dampak Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut?
Widjo Kongko, selaku Perekayasan di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut, gempa Megathrust di Selat Sunda memang bisa menyebabkan gempa berkekuatan M 8,7.
Namun, kekuatan gempa mungkin bisa lebih dari M 9 jika terjadi gempat akibat Megathrust Selat Sunda bersamaan dengan segmentasi yang berada di atasnya yakni Megathrust Enggano di Bengkulu dan sebelah timurnya, Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah.
"Energi yang dihasilkan dari potensi gempa itu mirip dengan gempa bumi dan tsunami Aceh 2004," jelas Widjo.
Sementara untuk gempa Megathrust Mentawai-Siberut berpotensi memicu gempa besar di masa yang akan datang, yang juga pernah menimbulkan beberapa bencana sejak 1994.
Megathrust di wilayah Sumatera tersebut pernah menyebabkan:
- Gempa M 8,5 di Nias pada 1994
- Gempa M 7,9 di Lampung-Bengkulu pada 2000
- Gempa M 9,3 di Aceh pada 2004
- Gempa M 8,7 di Bengkulu
Megathrust Mentawai-Siberut juga pernah menyebabkan gempa berkekuatan M 7,3 di Kepulauan Mentawai pada Selasa (25/4/2023) pukul 03.00 WIB.