Parapuan.co - Perjalanan merawat seni untuk bisa bertahan di tengah gempuran zaman dan modernisasi memang tak serta merta berjalan mulus tanpa kendala.
Namun seni, dalam segala bentuknya, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban manusia.
Seni adalah cerminan jiwa, ekspresi budaya, dan catatan sejarah yang perlu dirawat dari generasi ke generasi.
Namun, seiring dengan laju modernisasi yang begitu cepat, keberadaan seni tradisional dan klasik terancam terpinggirkan.
Tantangan terbesar yang dihadapi dunia seni saat ini adalah bagaimana menjaga kelestarian karya-karya seni dan warisan budaya di tengah gempuran zaman dan modernisasi.
Untuk menjadikan seni sebuah bahasa inklusif yang bisa dipahami lintas generasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menginisiasikan acara Indonesia Bertutur 2024 yang diadakan sejak 7 sampai 18 Agustus 2024.
Selama 12 hari penyelenggaraannya, Indonesia Bertutur 2024 diadakan di lima lokasi di Ubud dan Peninsula Island, Nusa Dua, Bali, dengan melibatkan 900 seniman dari dalam dan luar negeri, serta memamerkan 100 karya.
PARAPUAN pun berkesempatan untuk menjadi saksi bagaimana seni dan budaya ini dirawat agar dikenal lebih baik oleh masyarakat yang lebih luas.
Di Peninsula Island, INTUR 2024 memanfaatkan teknologi dalam proses pengkaryaan para senimannya.
Baca Juga: Lestarikan Warisan Budaya, Indonesia Bertutur 2024 Jadikan Seni sebagai Jembatan
Di bagian selatan Bali ini, masyarakat dapat menyaksikan beragam karya yang secara kreatif merespons tema utama “Subak: Bersama Menuju Harmoni”.
“Di Peninsula Island ini ada instalasi cahaya, video mapping, konser musik, pertunjukan tari, cine-concert, hingga opera tutur yang hadir secara gratis selama lima hari ke depan, dan di saat bersamaan pameran expanded media Visaraloka masih bisa dikunjungi sampai 18 Agustus 2024 mendatang di lima lokasi di Ubud,” papar Melati Suryodarmo, Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2024 saat ditemui di Kekeb Restaurant, Nusa Dua, Bali (14/8).
Memasuki area perhelatan Indonesia Bertutur 2024 di Peninsula Island, tim PARAPUAN disuguhkan dengan kemegahan panggung-panggung yang ditata apik, sambil tetap terlihat membumi.
Disuguhkan pula dengan atribut 'nyeni' yang melokal, seperti penjor berwarna merah muda yang langsung mencuri perhatian tim PARAPUAN.
Namun yang tak kalah menariknya adalah suguhan utama, seperti pada panggung Virama, dimana ratusan pengunjung menikmati penampilan Isyana Sarasvati dengan kekhasannya melalui genre symphonic metal.
Menjelang malam, di sudut lain Peninsula Island yang begitu luas, video mapping dari seniman-seniman digital memperindah panggung Kiranamaya.
Cahaya warna-warni yang kerlap-kerlip karya seniman seperti Gina Adita dan Ditaamy menyuguhkan pengalaman yang unik bagi para penikmat seni.
Baca Juga: Hari Tari Sedunia, Ini Peluang Penari dan Profesi Lain di Bidang Seni Dapat Penghasilan Terstandar
Sementara itu, langit Nusa Dua yang semakin gelap pekat diperindah dengan penampilan penari asal Padang, Nan Jombang Dance Company di panggung Anarta.
Tak sampai di situ, petualangan seni di Indonesia Bertutur 2024 berlanjut ketika tim PARAPUAN membelah Bali dari Nusa Dua ke Ubud.
Perjalanan ini membawa tim PARAPUAN ke Arma Museum & Resort, dimana kami bisa menjadi lebih dekat dengan karya-karya seniman lokal dan mancanegara yang penuh cerita.
Di museum dengan taman yang rimbun ini tim PARAPUAN menjelajahi karya seniman lintas negara dengan berbagai macam medium.
Mulai dari melihat artefak seni karya Jason Lim bertajuk Untitled yang menyatukan esensi lanskap budaya Indonesia melalui medium pasir dengan cara yang halus.
Selain itu, video sepanjang 61 menit 290 detik karya seniman Serbia, Marina Abramovic, bertajuk Seven Death, seakan mengajak para penontonnya untuk merasakan sakitnya terjebak dalam hubungan yang toksik.
Seni dan Budaya untuk Menghubungkan Manusia dengan Alam
Pada perhelatan keduanya, Indonesia Bertutur 2024 mengambil tema Subak: Bersama Menuju Harmoni.
Baca Juga: Diinisiasi Andien, Pameran Pusparagam Seni Disabilitas Digelar di Jakarta
Seperti dijelaskan oleh Dian Sastrowardoyo sebagai Ikon INTUR 2024, tema ini menjelaskan bagaimana hubungan manusia dengan alam.
"Kalau subak sendiri kan sebenarnya sebuah konsep yang terhubung banget manusia dengan alam. Dan bagaimana keterhubungan dengan alam ini adalah bagian dari kehidupan yang sangat spiritual sekali. Jadi ini keterhubungan dia (manusia) dengan entitas yang paling tinggi, yaitu Sang Pencipta, dengan alam, dan ke sesama manusia lain, yang mana itu bisa dilakukan secara sadar," ucap Dian Sastro saat ditemui di Nusa Dua.
Menurut Dian, manusia di zaman modern seperti sekarang ini sudah tidak terhubung satu sama lain.
"Enggak usah sama alam, atau sama Sang Pencipta, sama manusia lain aja yang satu bahasa atau dimensi yang sama aja, kita enggak terhubung, apalagi dengan yang tidak 'berbahasa' sama," ujar Dian mengingatkan.
Sehingga, tema Indonesia Bertutur 2024 kali ini pun diharapkan bisa me-reset ulang keterhubungan manusia dengan sesamanya dan alam agar lebih harmonis.
Di sisi lain, acara Intur juga punya misi lain yang tak kalah penting.
Dimana festival berskala besar ini diharapkan bisa menjadi langkah untuk bisa mengukuhkan budaya nasional sebagai identitas yang tak mudah tergerus zaman.
"Festival ini bukan hanya sekadar pameran seni, tapi juga upaya strategis memperkuat identitas budaya nasional, mendorong dialog antar budaya dan meningkatkan apresiasi pada warisan budaya Indonesia," ujar Irnie Wanda - Penelaah Teknis Kebijakan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek.
(*)
Baca Juga: Lestarikan Warisan Budaya, Indonesia Bertutur 2024 Jadikan Seni sebagai Jembatan