"Dan mereka akan nyaman sekali untuk mengeksplor kemungkinan untuk menjadi seorang seniman," tuturnya.
Ia pun menilai, dengan begitu dunia seni akan lebih berkelanjutan.
"Cuman kalau misal saat ini kita bisa memproduksi sebuah seni tapi tidak bisa relevan berkomunikasi dengan generasi mereka, yah akhirnya mereka tidak bisa nikmatin," ujarnya mengingatkan.
Hal ini akan membuat generasi muda menilai bahwa dunia seni bukanlah dunianya mereka.
Dian tak ingin generasi muda menilai seni sebagai sesuatu yang eksklusif, tidak inklusif atau hanya milik orang-orang yang mengerti saja.
"Kita juga selalu dihadapkan dengan kenyataan bahwa seni itu harus selalu dikonsumsi. Jadi kalau audiensnya enggak ngerti, seni akhirnya jadi enggak membumi dan merakyat. " ujarnya.
Jika tidak bisa dinikmati oleh masyarakat terbawah, akhirnya diskusi soal dunia seni tidak akan ada dan regenerasi tak akan terjadi.
"Diskursus itu tidak terjadi. Sementara seni itu akan relevan pada saat sudah menciptakan diskursus atau dialog dengan pihak-pihak yang perlu berdialog dalam masyarakat ini," tambah Dian.
Baca Juga: Karya Kathrin Honesta Dimuat Adobe, Tampilkan Sosok Perempuan Tangguh
Ia juga percaya, bahwa jika seni tidak bisa menciptakan dialog yang terbuka, seni hanya akan berguna untuk mengglorifikasi diri sendiri saja.
"Ini susah. Enggak ada urgensi kenapa seni perlu ada. Seni kan perlu ada buat tujuan yang lebih besar daripada itu," tutup Dian.
(*)