Bejerot merasa aneh bahwa para sandera dapat menunjukkan perilaku simpatik yang begitu kuat terhadap para penculik mereka meskipun mengalami trauma yang ekstrem; ia menyebut fenomena tersebut Stockholm Syndrome atau sindrom Stockholm.
Dalam konteks KDRT, korban seringkali terjebak dalam hubungan yang penuh kekerasan dan manipulasi.
Mereka mungkin mengalami isolasi sosial, ancaman, dan berbagai bentuk kekerasan fisik maupun psikologis.
Dalam situasi yang penuh tekanan dan ketidakberdayaan ini, beberapa korban mengembangkan perasaan ketergantungan dan bahkan kasih sayang terhadap pelaku.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Namnyak dan rekan-rekannya, mencatat bahwa Stockholm syndrome memiliki enam gejala yang berbeda:
- Merasa kasih sayang dan mengembangkan keterikatan emosional dengan pelaku kekerasan.
- Bertindak, tidak percaya, atau merasa negatif terhadap orang lain yang mencoba membantu mereka meninggalkan pelaku kekerasan.
- Menunjukkan simpati atau secara sukarela membantu/melindungi pelaku kekerasan.
Baca Juga: KDRT Lesti Kejora Mungkin Terkait dengan Sindrom Stockholm, Apa Itu?