Tradisi ini merujuk pada raja-raja Hindu di masa lampau yang menyelenggarakan upacara selamatan atau sesaji untuk para leluhur.
Ketika agama Islam mulai berkembang di Jawa, tradisi ini bertransformasi, dan para wali menggunakan Sekaten sebagai media penyebaran ajaran Islam.
Khususnya melalui kesenian gamelan, yang sangat diminati oleh masyarakat Jawa kala itu.
Ada beberapa versi tentang asal usul kata "Sekaten". Salah satunya bahwa kata tersebut berasal dari "Sekati", nama perangkat gamelan yang digunakan dalam upacara.
Ada juga yang menghubungkan kata tersebut dengan istilah "suka ati" (senang hati) atau "syahadatain" (kalimat syahadat), yang semuanya mencerminkan makna religius dari upacara Sekaten.
Tahapan Upacara Sekaten
Upacara Sekaten umumnya berlangsung selama tujuh hari dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pembukaan dengan Gamelan Sekaten: Gamelan Kyai Sekati dibunyikan pada tanggal 5 Rabi’ul Awal, pukul 16.00 hingga 23.00, sebagai tanda dimulainya upacara.
2. Pemindahan Gamelan ke Masjid Besar: Pada tanggal yang sama, gamelan dipindahkan ke halaman Masjid Besar dan dibunyikan siang dan malam, kecuali saat shalat dan hari Jumat.