Mengenal Apa Itu Sekaten yang Hanya Ada di Solo dan Yogya, Sudah Tahu?

Arintha Widya - Senin, 16 September 2024
Mengenal apa itu Sekaten. (Warga berdesakan berusaha mengambil tumpeng dan makanan dalam acara Dhahar Kembul Sego Gurih yang digelar dalam arena Pasar Malam Perayaan Sekaten di Alun-alun Utara, Yogyakarta, Selasa (7/1/2014).
Mengenal apa itu Sekaten. (Warga berdesakan berusaha mengambil tumpeng dan makanan dalam acara Dhahar Kembul Sego Gurih yang digelar dalam arena Pasar Malam Perayaan Sekaten di Alun-alun Utara, Yogyakarta, Selasa (7/1/2014). KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Parapuan.co - Kawan Puan, sebagian besar dari kamu yang berasal dari Jawa mungkin sudah familier dengan Sekaten.

Sekaten ialah kegiatan tahunan yang dilakukan dalam rangka memeringati Maulid Nabi Muhammad.

Uniknya, kegiatan Sekaten hanya diadakan oleh dua keraton di Jawa, yaitu Surakarta (Solo) dan Ngayogakarta Hadiningrat (Yogyakarta).

Biasanya, perayaan Sekaten berlangsung mulai tanggal 5 hingga 12 Maulud dalam penanggalan Jawa.

Puncak dari tradisi ini adalah grebeg gunungan yang berisi beras ketan, makanan, buah, dan sayur-sayuran yang dibagikan ke masyarakat setelah didoakan.

Meski sudah pernah menyaksikan dengan datang langsung, tahukah Kawan Puan apa itu Sekaten?

Kalau belum, sebaiknya kamu simak informasi mengenai apa itu Sekaten seperti merangkum Gramedia.com di bawah ini!

Asal Usul Upacara Sekaten

Sekaten adalah wujud dari akulturasi budaya dan agama. Sekaten awalnya tradisi Hindu yang diadaptasi menjadi bagian dari perayaan keagamaan Islam.

Baca Juga: 4 Hidden Gem Baru di Kota Solo dan Sekitarnya, Ada Solo Safari

 

Tradisi ini merujuk pada raja-raja Hindu di masa lampau yang menyelenggarakan upacara selamatan atau sesaji untuk para leluhur.

Ketika agama Islam mulai berkembang di Jawa, tradisi ini bertransformasi, dan para wali menggunakan Sekaten sebagai media penyebaran ajaran Islam.

Khususnya melalui kesenian gamelan, yang sangat diminati oleh masyarakat Jawa kala itu.

Ada beberapa versi tentang asal usul kata "Sekaten". Salah satunya bahwa kata tersebut berasal dari "Sekati", nama perangkat gamelan yang digunakan dalam upacara.

Ada juga yang menghubungkan kata tersebut dengan istilah "suka ati" (senang hati) atau "syahadatain" (kalimat syahadat), yang semuanya mencerminkan makna religius dari upacara Sekaten.

Tahapan Upacara Sekaten

Upacara Sekaten umumnya berlangsung selama tujuh hari dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pembukaan dengan Gamelan Sekaten: Gamelan Kyai Sekati dibunyikan pada tanggal 5 Rabi’ul Awal, pukul 16.00 hingga 23.00, sebagai tanda dimulainya upacara.

2. Pemindahan Gamelan ke Masjid Besar: Pada tanggal yang sama, gamelan dipindahkan ke halaman Masjid Besar dan dibunyikan siang dan malam, kecuali saat shalat dan hari Jumat.

Baca Juga: Peringati Hari Tari Sedunia 2024, Ini Tema Gelaran Solo Menari 24 Jam

3. Kehadiran Sri Sultan: Pada tanggal 11 Rabi’ul Awal, Sultan Yogyakarta bersama pengiringnya mendatangi serambi Masjid Besar untuk mendengarkan riwayat kelahiran Nabi Muhammad SAW.

4. Pengembalian Gamelan ke Keraton: Pada tanggal 11 Rabi’ul Awal pukul 23.00, gamelan dikembalikan ke Keraton, menandai berakhirnya upacara Sekaten.

Sekaten: Simbol Akulturasi Budaya dan Agama

Sekaten mencerminkan proses akulturasi antara budaya lokal Jawa dan ajaran Islam.

Dalam sejarahnya, perayaan ini digunakan oleh Wali Sanga, khususnya Sunan Kalijaga, sebagai sarana untuk menyebarkan Islam melalui kesenian gamelan.

Tradisi yang awalnya menggunakan rebana untuk perayaan Maulid Nabi, kemudian digantikan dengan gamelan, sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat luas.

Sekaten tidak hanya menjadi perayaan religius, tetapi juga bagian penting dari kelestarian kebudayaan Jawa.

Meskipun telah mengalami perubahan seiring berjalannya waktu, Sekaten tetap menjadi salah satu warisan budaya yang dipertahankan dan dihormati hingga kini.

Kawan Puan sudah pernah menghadiri Sekaten di Solo atau Yogya belum, nih?

Baca Juga: Rekomendasi Vila dengan Arsitektur Tradisional, Cocok Buat Staycation di Akhir Pekan

(*)

 

Sumber: Gramedia.com
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Serba-serbi Demam Babi Afrika yang Sedang Ramai, Ketahui Penyebab dan Penularannya