Parapuan.co - Istilah malnutrisi dan gizi kurang sering digunakan secara bergantian, namun keduanya ternyata memiliki perbedaan yang signifikan.
Dilansir dari concern.org.uk, malnutrisi mengacu pada pola makan yang tidak seimbang, yang mencakup makan berlebihan, kekurangan gizi, atau ketidakseimbangan asupan nutrisi.
Sedangkan gizi kurang adalah kondisi di mana seseorang tidak mendapatkan cukup zat gizi yang diperlukan untuk kesehatan optimal.
Gizi kurang merupakan bagian dari malnutrisi, tetapi lebih spesifik pada kekurangan nutrisi yang esensial bagi tubuh.
Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI, angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, yang artinya hanya turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar 21,6 persen.
Kendati prevalensi stunting mengalami penurunan, namun nyatanya masih banyak masyarakat Indonesia yang kekurangan gizi di bawah standar Kementerian Kesehatan.
Presiden Perhimpunan Nutrisi Indonesia, Luciana B. Sutanto, memaparkan hasil riset dari Center for Indonesian Studies (CIPS) menunjukkan sebanyak 21 juta masyarakat atau setara 7 persen dari total populasi penduduk Indonesia, kekurangan gizi dengan asupan kalori per kapita harian di bawah standar Kementerian Kesehatan yang sebesar 2.100 kkal.
"Malnutrisi bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian, tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan, seperti peningkatan biaya rawat inap dan rehabilitasi," ujarnya dalam diskusi bertajuk Pekan Sadar Malnutrisi 2024 : Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini di Jakarta (17/9).
Tidak bisa dimungkiri, masih banyak yang beranggapan bahwa malnutrisi dan gizi kurang adalah hal yang sama.
Baca Juga: Pendek Tidak Selalu Stunting, Ahli Ungkap Soal Kekurangan Gizi
Dilansir dari health.grid.id, padahal ada perbedaan penting antara keduanya.
Malnutrisi mencakup ketidakseimbangan nutrisi secara keseluruhan, baik kekurangan maupun kelebihan, sedangkan gizi kurang lebih spesifik pada kekurangan zat gizi tertentu.
Meski malnutrisi bisa dialami oleh siapa saja, kasusnya paling sering ditemukan pada anak-anak.
Malnutrisi sendiri terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu marasmus dan kwashiorkor.
Marasmus ditandai dengan tubuh yang sangat kurus hingga tulang-tulang menonjol, sementara kwashiorkor ditandai dengan perut buncit dan kaki yang membengkak akibat kekurangan protein.
Malnutrisi memengaruhi miliaran orang di seluruh dunia, dengan anak-anak dan ibu hamil sebagai kelompok paling rentan.
Sementara itu, gizi kurang adalah kondisi di mana seseorang tidak mendapatkan cukup nutrisi sesuai kebutuhan.
Orang yang mengalami gizi kurang sering kali terlihat kurus dengan berat badan yang tidak sesuai untuk usianya, dan jika tidak ditangani dengan segera, gizi kurang dapat berkembang menjadi gizi buruk.
Baca Juga: Malnutrisi hingga Susah Menelan, Ini Berbagai Penyebab Atrofi Otot
Tanda-tanda kekurangan gizi termasuk berat badan yang tidak sesuai, tulang menonjol, kulit kering, rambut rontok, dan tubuh yang tidak mampu menjalankan fungsi alami seperti pertumbuhan, melawan infeksi, serta pemulihan dari penyakit.
Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi lebih rentan terhadap penyakit dan bahkan kematian, dan tubuh mereka juga sering kali lebih pendek dibandingkan anak-anak seusia mereka.
Kekurangan gizi adalah masalah serius yang memerlukan penanganan cepat dan tepat agar tidak berkembang menjadi gizi buruk yang lebih parah.
(*)
Ken Devina